⊳⊰ LIMA PULUH SATU ⊱⊲

56K 5.9K 246
                                    

Vote gaada setengahnya dari readers anjay.

····· •✦• ·····

Dengan gengsi yang diturunkan 15%, akhirnya Bumi berhasil menghubungi orang diseberang sana dengan sedikit emosi dan cemburu yang ia tahan.

Tapi ia harus bisa untuk istrinya.

Setelah menutup telepon, kepalan tangan Bumi berhasil melayang meninju tembok.

"Tahan, Bumi. Ini demi masa depan juga." gumamnya untuk diri sendiri.

Bumi mengatur nafas kemudian keluar dari kamar mandi.

Matanya mencari cari istri cantiknya yang tidak ada didalam kamar.

"Azuraa,"

"Apa, Bumi?" suara lembut wanitanya terdengar dari arah luar kamar. Bumi pun membawa langkah kakinya menuju suara yaitu diruang tengah.

Melihat Fazura yang terduduk nyaman diatas sofa lembut membuat Bumi memiliki keinginan untuk bermanja kepada ibu dari anaknya itu.

Bumi mendudukkan diri berjarak dengan Fazura lalu kemudian ia berbaring berbantalan paha Fazura. Fazura tidak menolak, perempuan itu segera memberikan tempat untuk Bumi.

Dihari sabtu ini memang waktu yang pas sekali dipakai untuk bersantai.

"Mau diusap usap," ujar Bumi memberi kode.
Fazura yang sedang fokus menonton televisi tidak mengindahkan ujaran Bumi.
Merasa tak ditanggapi, Bumi berdecak dan mengambil sendiri tangan Fazura ditangan sofa lalu ia arahkan keatas kepalanya. Fazura menunduk terkejut menatap Bumi kemudian tangannya pun bergerak diatas kepala Bumi memainkan rambut hitam lelaki itu yang baru saja dicukur pagi kemarin.

Bumi bergerak mencari posisi ternyamannya, ia memiringkan tubuh menghadapi perut besar Fazura. Tangannya kini bergerak menyentuh perut yang berbalut daster hijau daun, jari jarinya ikut menari diatas nya.

"Geli gak, sayang?" tanya Bumi tanpa mengalihkan pandangannya.

Fazura menunduk sekilas, "Sedikit,"

Mendengar jawaban Fazura, Bumi melanjutkan permainannya diatas permukaan baju Fazura.

"Sayang," panggilnya tak menghentikan gerakan jari jarinya. Ia senang bermain dengan anaknya.

"Hm?"

"Boleh angkat bajunya? Aku mau main sama baby."

Tanpa menolak, Fazura mengangkat daster selututnya hingga sebatas bawah dada. Bumi pun kembali merebahkan kepalanya diatas paha Fazura yang masih terbalut celana pendek.

Bumi dengan gemas mengecup perut Fazura berkali kali. Lelaki itu benar benar mengobrol seolah segala ucapannya ditanggapi oleh anaknya.

Usia kandungan 5 bulan akhir membuat Bumi semakin merasa dekat dengan anaknya sebab perut Fazura sudah semakin terlihat membesar. Tetapi, Fazura yang berisi seperti sekarang menjadikan perempuan itu bertambah cantik bahkan aura Fazura menjadi berbeda, istri Bumi itu menjadi terlihat menggoda dan menggiurkan. Bumi bertahan selama ini, tapi tak apa itu semua untuk anak pertamanya.

Dug.

Reflek Fazura menunduk terkejut menatap Bumi. Begitupun Bumi yang merasakan tangannya mendapat sundulan dari perut Fazura.

"Bumi, tadi itu apa?" tanya Fazura yang masih mengingat rasa tendangan dari dalam perutnya itu. Rasanya sangat mengejutkan dan membuatnya berdebar senang.

"Baby dengerin Papa ngomong, ya?" tanya Bumi pada anaknya.

Berharap dijawab, namun tendangan tak lagi dirasakan Fazura. Namun tendangan yang pertama kali tadi sudah sangat membuatnya bahagia, itu artinya anak mereka baik baik saja didalam sana.

BUMI [Terbit]Where stories live. Discover now