⊳⊰ DUA PULUH ⊱⊲

98.7K 9.7K 415
                                    

*Ada beberapa foto dipart ini, nyalakan internet kalian.

Suasana sejuk tak terlalu panas di siang ini dipakai Fazura mengunjungi tempat peristirahatan terakhir janinnya yang sudah tiada ditemani Bumi yang masih memakai seragam batik sekolahnya.

"Janji gak nangis, ya?" titah Bumi membuat Fazura menoleh. Bibirnya melengkungkan senyuman ringan namun tak menjawab perkataan Bumi, karena Fazura yakin ia pasti meneteskan air mata.

Didepannya sudah terdapat gundukan tanah kecil yang dibagian atasnya terdapat batu nisan bertuliskan nama anak nya yang ternyata perempuan.

Leanna Putri
Binti
Fazura Biru

Tangan Fazura terlihat bergetar menyentuh batu nisan tersebut, meskipun begitu, bibir Fazura terlihat tersenyum.

"Assalamualaikum, cantik. Maaf Mama baru jenguk kamu." suara lembut milik Fazura terdengar di tengah sunyi nya pemakaman.

"Gimana kabar kamu, sayang? Mama harap kamu selalu bahagia di surga." Fazura mengusap batu nisan didepannya dengan pelan. "Padahal Mama belum lihat wajah kamu, tapi Allah lebih milih kamu bahagia bersama bidadari disana. Mama turut senang, Anna." sebulir air jatuh dari mata Fazura. Bumi yang melihatnya mengepalkan tangan, ia tidak pernah menyukai air mata perempuan, apalagi perempuannya adalah istrinya sendiri.

"Maafin Mama gak bisa jaga kamu dengan baik, Mama minta maaf karena belum jadi Mama yang baik buat Anna." satu isakan lolos dari bibir Fazura, Bumi langsung membawa Fazura kedalam pelukannya. Ia tak kuat mendengar Fazura menangis.

Tangan Bumi bergerak mengusap rambut Fazura, matanya menatap pada gundukan tanah berisi anaknya yang ia sendiri yang menguburnya.

"Maafin Mama dan Papa, Leanna."

•••

Sampai di apartemen, Fazura didudukkan di sofa dan Bumi memberikannya segelas air mineral.

Fazura menerima nya dan berterimakasih.

"Mau makan apa?" tanya Bumi mengambil kembali gelas yang dipegang Fazura.

"Terserah kamu aja, aku mau nyuci baju sekarang." jawab Fazura sembari melipat pashmina yang dipakainya tadi.

Saat Fazura hendak beranjak, Bumi menahan tangan Fazura hingga Fazura kembali duduk disebelah Bumi. Fazura menatap Bumi bingung.

"Istirahat aja, cuciannya biar aku taruh di tempat laundry." ujar Bumi, tangannya ia arahkan melingkari pinggang Fazura.

Fazura yang menyadari itu segera memegang tangan Bumi.

"Kepala aku pusing kebanyakan belajar," adu Bumi saat kepalanya ia letakkan di bahu Fazura. Modus anak remaja.

Fazura yang mendengar itu akhirnya pasrah ditempeli Bumi, tangan Fazura mengusap rambut Bumi lalu turun ke pipi lelaki itu yang agak hangat. Sepertinya Bumi akan jatuh sakit.

"Aku bikin teh hangat dulu, ya?"

Bumi menggeleng menjawab Fazura. "Maunya sama kamu aja," sifat asli Bumi saat ini terlihat. Manja.

Fazura menghela nafas, "Tiduran di kamar, yuk?" ajaknya.

Bumi mengangguk bangun dan berjalan lebih dulu menuju kamar. Fazura tak langsung menyusul, perempuan mungil itu menuju dapur untuk membuatkan teh hangat untuk Bumi.

BUMI [Terbit]Kde žijí příběhy. Začni objevovat