⊳⊰ TUJUH ⊱⊲

114K 12.1K 435
                                    

!! 18 !!

Suasana mencekam dirasakan di ruang tengah rumah Arzelion. Arzel dengan mata tajam nya menatap pasangan didepan nya.

"Papi restui, tetapi dengan syarat." Bumi langsung menatap Papi nya penuh harap.

"Bumi tetap meneruskan perusahaan Papi yang ada di Belgia seperti ketetapan awal."

Bumi membeku.
Belgia?

Fazura terdiam dengan pikiran nya. Belgia? Bumi akan bekerja di Belgia?

"Tapi Azura—"

"Papi sudah lama beli rumah di Belgia, bawa Azura kesana setelah kamu mulai bekerja nanti." Bumi langsung tersenyum cerah. Lelaki itu menatap Fazura senang, Fazura yang ditatap hanya tersenyum.

"Dan Fazura, Kami perlu mengunjungi keluarga kamu dalam waktu dekat. Bisa?"

Deg.

Fazura langsung meremas rok yang dipakainya. Melihat gerak gerik Fazura yang tak biasa, Bumi langsung menggenggam tangan Fazura yang mengepal.

"Kita bisa, Zura." bisik Bumi menenangkan.

Fazura menunduk takut. Ia belum siap, dirinya sudah diminta pergi dari keluarga nya. Apa ia masih punya muka?

Kiara yang melihat keanehan pada calon menantu nya pun menyenggol suaminya. Kiara melirik Fazura dan langsung dimengerti Arzel.

"Kamu gak perlu ikut, biar saya dan istri saya yang kesana."

Fazura mendongak dengan mata yang sudah berkaca kaca siap menangis. Kepalanya menggeleng, ia tidak boleh lari, kan? Ini semua juga berawal darinya.

"Fazura ikut, Om."

Bumi disebelahnya hanya berperan menguatkan.

Arzel terdiam sejenak, "Mau sekarang atau besok aja?"

Fazura melirik Bumi.
Bumi mengangguk seolah mengatakan semuanya akan baik baik saja.

•••

"Bawa saja, kita sudah tidak peduli dengan perempuan itu."

Jleb.

Saat itu juga tetesan air mata keluar dari mata Fazura. Fazura menahan isakan nya dengan kuat.

Disebelahnya ada Bumi yang sudah mengepalkan tangan siap melayang kalau saja ia tak ingat didepan nya ini adalah calon mertuanya.

Perkataan yang sangat jahat itu, pantas saja saat itu Fazura hendak bunuh diri. Ia disini juga tidak diperlakukan pantas.

"Saya hanya membicarakan restu, bukan ingin menerima perkataan jahat dari mulut sampah anda. Kalau sudah seperti ini, saya tidak tahu kedepan nya akan seperti apa. Saya jadi bertanya tanya, kenapa perempuan se lembut Fazura bisa lahir di keluarga bermulut kotor ini." Arzelion tak kalah jahat. Ia bisa mengontrol semuanya.

Bayu, ayah dari Fazura memutar bola matanya malas. "Saya juga gak nyangka istri saya bisa melahirkan perempuan kotor seperti anak itu."

Hati Fazura mencelos menyakitkan, Ayah nya bahkan tak menyebut namanya lagi. Ia sekotor itu.

Cukup bagi Bumi.
"Ayo, Pi. Rumah ini panas banget, gak se level sama kita." ia bisa lebih kasar.

Arzel tersenyum singkat lalu bangkit dari kursi kayu yang diduduki nya.

"Terimakasih restu nya." ucapnya datar, "Fazura, bawa barang barang kamu. Ayo kita pulang ke istana Arzelion."

•••

BUMI [Terbit]Where stories live. Discover now