⊳⊰ EMPAT PULUH DELAPAN ⊱⊲

49.7K 6.4K 144
                                    

Siapa yang kangen Bian, cung!!

▣▣▣▣▣▣▣▣▣▣▣▣▣▣▣▣▣

Hap.

Hasil kejarannya berhasil tertangkap.

Ilora mengangkat Molmol tinggi ketika kucing tersebut sudah berada didalam gendongannya.

"Suka banget kabur, sih? Emang Kak Zura suka kabur kaburan juga ya sampe anak angkatnya sering kabur gini?" tanya Ilora menatap Molmol gemas.

Molmol hanya mengeong sekali untuk menjawab Ilora.

Ilora pun membawa Molmol kembali masuk kerumahnya.

Namun saat baru akan membuka pagar rumah, gonggongan anjing dari tetangga disebelahnya terdengar kencang membuat Ilora menoleh terkejut hingga melepas Molmol.

Seketika Molmol dengan perasaan yang juga takut pun berlari kencang menjauh dari rumah Ilora.

Ilora berkacak pinggang menatap anjing yang masih menggonggong. "Kalo Molmol ilang lagi, lo bakal gue goreng." ucapnya pada si anjing.

Selanjutnya Ilora berbalik dan harus mencari Molmol lagi. Namun baru akan memanggil Molmol, seorang lelaki tinggi muncul dari belakang mobil bersama Molmol di gendongan lelaki itu.

"Punya lo?" tanya lelaki itu menunjuk kucing Persia ditangannya.

Ilora mengangguk lalu berlari menghampiri.

"Makasih banyak." Ujar Ilora seraya mengambil Molmol.

"Kayaknya kucing lo kabur kaburan mulu, ya? Belum bisa beradaptasi kayaknya." kepala Ilora terangkat mendengar suara lelaki itu.

Ilora mengangguk namun keningnya mengernyit setelahnya, "Kok tau kucing gue kabur mulu?"

Lelaki jangkung itu menunjuk rumah yang terdapat anjing yang tadi menggonggong. "Tepat disebelah rumah lo, gue bisa liat."

Ilora terdiam.

"Jadi itu anjing lo?"

Si lelaki mengangguk ragu, firasat nya tidak enak.

"Anjing lo yang bikin kucing gue kabur mulu! Berisik!"

•••

Pukul 1 siang dipusat perbelanjaan besar, Fazura serta suaminya tengah melangkah mengelilingi isi toko baju untuk segala umur.

Bumi dengan dua kantung tas karton belanja Fazura ditangannya hanya bertugas menemani serta membayar belanjaan istri tercintanya itu.

"Wahh... Piyamanya bagus banget, pasti cocok di kamu!" Fazura berlari kecil menghampiri piyama tidur polkadot berwarna biru langit.

Bumi meringis, "Gak usah lari lari, dibilangin ngeyel banget!" ini sudah ke empat kalinya Bumi memperingati Fazura untuk tidak berlari. Perempuan itu... Bumi sangat gemas.

Fazura tak menanggapi, perempuan itu mengangkat piyama yang ditujunya dan ia tempelkan didepan tubuh Bumi. Mata Fazura berbinar ceria.
"Tuhkan, cocok!" Fazura menatap Bumi senang, "Aku boleh beli ini, kan?"

Bumi yang melihat Fazura bahagia pun ikut tersenyum. "Mau beli Mall ini pun aku bolehin, sayang." Fazura langsung mendatarkan wajah. Bumi sering sekali pamer kekayaan didepan istrinya.

"Aku mau makan bakso, selesai belanja kita makan, ya?" usul Fazura seraya membawa piyama yang ingin dibayarnya ke kasir.

Ditengah perjalanan menuju kasir, Bumi berhenti dibarisan kain tipis yang diperuntukkan untuk perempuan. Senyum jahilnya terbit tiba tiba.

BUMI [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang