[3] - The Lost?

41.2K 2.4K 30
                                    

Ini pertama kali Nara menginjakkan kaki di rumah ini. Dulu dia hanya tahu keberadaan rumah ini, tetapi tak pernah benar-benar memasukinya. Rumah tiga lantai dengan gaya mediterania modern itu terlihat mendominasi bangunan lain di sekitarnya. Pilar-pilar penopang menambah kesan mewah dan elegan rumah tersebut.

Saat memasuki pintu masuk, akan langsung mendapati ruang tamu yang didominasi warna coklat keemasan. Dindingnya berwarna krem dan dipenuhi perabot yang terbuat dari kayu. Dari ruang tamu, akan langsung mendapati ruang makan. Berbeda dengan ruang tamu yang didominasi warna coklat, ruang makan didominasi dengan warna putih kekuningan.

Dari arah pintu dapur, Nara melihat Tante Ajeng mendekati mereka dengan tergopoh gopoh. Kemoterapi yang dijalani Tante Ajeng membuat kondisi fisiknya lemah, wajahnya terlihat pucat. Namun, dia sangat bersemangat menyambut kehadiran Nara dan Dimas.

"Kenapa lama banget sampainya? Mama udah nunggu kalian dari tadi," ucapnya, memeluk Nara.

"Tadi kejebak macet, Ma," Dimas mendekati Tante Ajeng kemudian memeluknya. "Bagaimana kondisi Mama? Mama kelihatan pucat," tanya Dimas, khawatir.

"Mama baik-baik saja kok, Dim."ucap Tante Ajeng, tersenyum. "Bagaimana kondisi kamu, Nak? Bayinya baik-baik saja kan?" tanya Tante Ajeng, mengelus perut Nara, hangat.

Nara mengangguk. "Iya, Tante,"

"Panggil Mama saja, Nak! Kamu sudah Mama anggap seperti anak sendiri."

Pembicaraan mereka terhenti saat Kayana, adik Dimas, muncul dari arah belakang. Ini pertama kali Nara bertemu dengan wanita itu. Saat pesta pernikahan Nara dan Dimas, Kayana berhalangan hadir karena wanita itu harus menyelesaikan studi akhir semesternya di Australia.

"Akhirnya yang ditunggu datang juga," ucap Kayana tersenyum jahil. "Aura pengantin baru emang beda ya, Ma," ucapnya lagi, mengibaskan tangannya di udara. Seolah sedang menghirup sesuatu.

"Apaan sih, Kay," balas Dimas, kesal. Dimas menatap Nara di sebelahnya yang terlihat salah tingkah.

Tante Ajeng yang melihat tingkah anak perempuannya hanya menggelengkan kepala tampak heran. "Yaudah barang bawaan kalian simpan di kamar dulu. Setelah ini turun ke bawah buat makan. Mama sudah masak banyak makanan buat kalian." ujar Tante Ajeng kepada Dimas dan Nara.

Nara dan Dimas mengangguk. Dimas berjalan duluan membawa barang bawaan mereka. Nara menawarkan bantuan namun ditolak secara halus oleh Dimas, dengan dalih pria itu bisa membawanya sendiri.

***

Kamar Dimas berada di lantai dua. Berbeda dengan ruangan di lantai bawah yang didominasi warna cerah. Kamar yang berukuran 5x5 meter itu didominasi warna gelap. Dinding berwarna hitam dan abu-abu menambah kesan maskulin kamar itu. Ranjang king size berada di tengah, diapit bedside table di sebelah kiri dan kanan. Tv Led berukuran besar terletak di sisi yang berhadapan dengan ranjang. Di sebelah kanan ranjang terdapat lemari kayu berwarna putih. Dari arah kamar, terdapat pintu kaca yang menghubungkan langsung ke balkon. Dari balkon, kita bisa melihat langsung pemandangan taman yang berada di samping rumah bagian kanan.

Nara membereskan barang-barang bawaan mereka dan menyusunnya ke dalam lemari. Menyusun baju yang akan mereka gunakan dalam tiga hari kedepan di lemari dan membiarkan barang lainnya tetap berada di koper. Mereka berencana menginap hanya tiga hari. Dimas berniat membantu tapi Nara dengan tegas menolak. Dia sudah merepotkan Dimas sedari tadi. Menyusun barang bawaan mereka juga tidak akan membuat Nara kelelahan.

***

Nara membolak-balikkan tubuhnya dengan gelisah, mencari posisi nyaman untuk tertidur. Waktu sudah menunjukkan pukul satu malam tetapi matanya belum terpejam juga. Kondisi hamil muda membuatnya sering kesulitan tidur di malam hari.

Married by AccidentWhere stories live. Discover now