[16] - The Other Side?

27.5K 1.9K 18
                                    

Keyra sudah berada di lobby bersama dengan Pak Mul saat Nara dan Dimas turun. Wanita itu melambaikan tangan begitu melihat kehadiran Dimas. Nara mencoba tersenyum seramah mungkin. Dia tidak ingin Dimas berpikir kalau dia tidak senang dengan kehadiran Keyra meskipun kenyataanya memang begitu.

"Barang kamu cuman ini, Key?" tanya Dimas melirik koper kecil di sebelah Keyra.

Keyra mengangguk. "Emang sengaja gak bawa banyak baju."

Dimas menoleh ke Pak Mul. "Pak Mul tolong bantu Keyra bawa kopernya! Barang saya dan Nara biar saya yang bawa!"

Pak Mul mengangguk. "Siap, Mas Dimas!"

Mereka berlalu menuju mobil. Pak Mul menjalankan kemudi mobil dengan Dimas yang duduk di sebelahnya sedangkan Keyra dan Nara duduk di kursi kedua. Suhu dingin di sepanjang perjalanan yang menyelimuti tubuh Nara dan heningnya suasana dalam mobil membuat Nara berusaha keras menahan matanya agar tidak tertidur. Kehamilan membuat Nara menjadi mudah mengantuk. Dia mudah tertidur di siang hari dan matanya akan terjaga di malam hari.

Nara melirik Dimas yang terlihat fokus dengan macbook di tangannya. Bahkan saat bepergian seperti ini pun, pria itu masih sibuk dengan pekerjaannya. Karena tidak bisa menahan kantuknya, Nara memutuskan memainkan ponsel genggamnya. Sedikit obrolan dengan Nadia mungkin bisa membuat matanya terjaga.

"Dim, proposal dari Pak Darmawan sudah dikirim ke kamu?" tanya Keyra, memecah keheningan di dalam mobil.

Dimas mengalihkan pandangan dari layar macbook-nya. "Sementara saya baca. Beberapa poinnya menurut saya sudah bagus, bisa menguntungkan kedua belah pihak. Sisanya harus minta persetujuan dari Papa dulu."

"Menurut kamu Om Bram akan setuju?"

"Papa gak ribet masalah proposal kayak gini. Kalau ini bisa menguntungkan buat perusahaan, dia pasti setuju."

"I think we've got the jackpot, Dim. Gak nyangka bakal ketemu Pak Darmawan di nikahan Laura," ucap Nara antusias.

Dimas tersenyum simpul. "I think we are!"

Nara sedari tadi hanya diam. Mendengar Dimas dan Keyra antusias mengobrol tentang pekerjaan yang sama sekali Nara tidak mengerti. Seolah mereka tidak menyadari kehadirannya dan Pak Mul. Haruskah Nara mengajak Pak Mul mengobrol? Agar dirinya merasa tidak diabaikan, tapi dia tidak tahu harus membahas apa.

Nara tersenyum bahagia saat ponselnya berdering dan melihat balasan pesan yang dikirimnya tadi ke Nadia.

Nara : Tell me something funny, please!

Nadia: What's wrong?

Nara : Nothing. Hanya bosan :(

Nadia: kenapa zombie datangnya rame-rame?

Nara: Ya karena mau?

Nadia: salah! karena kalau sendiri namanya zomblo :)

Nara : LOL. Again, please?

Nadia : raja-raja apa yang imut?

Nara: ????

Nadia: fir'a unch!

Nara: LOL!

Nara tertawa, membuat pembicaraan Dimas dan Keyra terhenti. Nara mengalihkan pandangan dari layar ponselnya. "Sorry," ucap Nara dan kembali fokus ke ponselnya.

Nadia: lo masih di Bogor, Ra?

Nara: Udah di jalan pulang ke Jakarta

Nadia: kok cepet banget pulangnya? gak sekalian honeymoon dulu :)

Married by AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang