[9] - The Bad Feeling?

30.9K 2.1K 9
                                    

Alunan lagu Oasis-Don't Look Back in Anger mengalun indah memenuhi mobil.

Slip inside the eye of your mind
Don't you know you might find
A better place to play
You said that you'd never been
But all the things that you've seen
Will slowly fade away

Nara menoleh, menatap pria di sebelahnya yang fokus pada jalan di depannya. Wajahnya yang tenang, sesekali balik melirik Nara sambil tersenyum.

"You and Giselle look really close?" tanya Nara memecah kebisuan.

"Really?" Dimas mengernyitkan alis. "We had met several times before."

"Is she your ex?"

"Giselle?" Dimas menggeleng cepat. "No, she is not my ex."

Nara mengangguk-angguk.

"Kita sudah kenal sejak sekolah dasar. Giselle juga sahabat Keyra, mereka sahabatan sejak kecil. Saya tau Giselle awalnya lewat Keyra," ucap Dimas menjelaskan ke Keyra.

"Keyra? Teman kamu yang datang ke nikahan kita?"

Dimas mengangguk.

"Mmm.... How about Keyra? Is she your ex?" tanya Nara lagi.

Dimas terdiam lama, kemudian mengangguk. "Kami pernah pacaran, dua kali. Waktu SMP dan balikan lagi waktu kuliah." ujar Dimas, mengakui. Tidak ada salahnya berkata jujur pada Nara. Wanita itu bukanlah orang lain, melainkan istrinya sendiri. Dan dia berhak tahu tentang masa lalu Dimas.

Nara mengernyitkan alis, menatap Dimas yang sibuk dibalik kemudi. "Kenapa kalian putus?"

Dimas melirik Nara sekilas, kemudian menjawab. "Pacaran pertama kami hanya sekedar cinta monyet. Saya kenal Keyra sejak kecil, orang tua kami juga temenan. Karena sering bersama kami memutuskan untuk berpacaran. Seperti anak kecil pada umumnya -"

"Tapi setelah itu kalian balikan lagi?" ucap Nara memotong perkataan Dimas.

Dimas mengangguk. "Kami sempat balikan waktu kuliah. Tinggal di luar negeri dan jauh dari keluarga membuat kami saling bergantung satu sama lain. Saya gak punya banyak teman disana dan yang saya temui tiap hari cuman Keyra. Karena saling nyaman satu sama lain, kami memutuskan buat balikan tapi ternyata gak semudah itu."

Nara mengernyit. Penjelasan Dimas belum memuaskan rasa penasarannya. Dia ingin bertanya lebih jauh. Namun, wanita itu menahannya.

"Ada apa?" tanya Dimas seolah membaca pikiran Nara.

"No. Saya cuman penasaran. Saya takut dengan apa yang saya pikirkan saat ini," Keyra menggeleng cepat, mencoba mengenyahkan pikiran anehnya.

Dimas menyipitkan matanya. "About what?"

Nara menatap Dimas lekat, sebelum bersuara. "It's not because of me, right? You've broken up with her, not because of me, right?" Nara menunduk, meremas tangannya. "Saya hanya takut kalau selama ini saya menjadi orang ketiga dalam hubungan seseorang. Pernikahan kita memang terasa sangat tiba-tiba dan jika memang alasan kalian putus karena kamu harus menikahi saya-" Nara mengangkat wajahnya menatap Dimas. "Saya tidak akan bisa memaafkan diri saya sendiri."

Dimas terlihat kaget akan ucapan Nara karena matanya sontak membelalak. Dia terdiam sesaat sebelum bersuara. "Kenapa kamu berpikir seperti itu?" Dimas menoleh menatap Nara. "Saya dan Keyra putus gak ada hubungannya sama kamu, Nara. Hubungan kami telah selesai jauh sebelum saya meminta untuk menikah dengan kamu. Saya juga gak sebrengsek itu mengajak kamu nikah ketika saya masih menjalin hubungan dengan orang lain."

Married by AccidentWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu