[39] - The Regret?

30.4K 2K 37
                                    

"Lo ikut, kan?" tanya Danu kepada Dimas saat mereka berada dalam lift. Waktu sudah menunjukkan pukul 6 lewat 30 menit. Itu artinya jam pulang kantor sudah lewat satu setengah jam yang lalu. Namun, Dimas dan Danu harus menghadiri rapat dengan para konsultan, menyebabkan jadwal kepulangan mereka lebih terlambat dari biasanya.

Dimas mengangkat wajahnya. "Ke mana?"

"Ke party ultah gue, Dim. Lo gak baca grup kantor?"

Dimas menggeleng lemah.

"Ya, ampun. Hidup lo jadi awut-awutan gini ditinggal Nara."

Danu menatap miris penampilan sahabatnya. Sejak ditinggal istrinya keluar kota, kondisi temannya sungguh memprihatinkan. Kantung mata yang menggantung di bawah matanya sudah membuktikan segalanya. Dimas tidak pernah terlihat seperti ini sebelumnya, bahkan saat kematian adiknya. Danu tidak akan percaya jika pria itu mengatakan tidak mencintai istrinya. Jika ini bukan karena cinta lalu apa?

"Gue udah lama gak minum," jawab Dimas.

"Gak usah minum kalau lo gak mau! Tapi lo harus dateng! Masa Anak-anak lain datang lo gak! Besok juga weekend, gak perlu ke kantor. Gimana?"

Dimas terdiam sesaat, wajahnya terlihat ragu. Seolah ada hal lain yang menjadi kekhawatiran pria itu.

Danu yang bisa membaca raut wajah sahabatnya itu lanjut berkata, "Keyra gak ikut kok. Dia udah izin sama gue, gak sempat ikut katanya."

Sejak permasalahan yang menimpa rumah tangga Dimas, Danu bisa merasakan secara tidak langsung Dimas berusaha menghindari Keyra. Dimas selalu menolak jika Danu mengajaknya hangout yang juga mengikutsertakan Keyra, padahal sebelumnya pria itu tidak keberatan sama sekali. Danu pun enggak mencari tahu lebih dalam karena tahu itu bukan ranahnya. Selama dalam urusan pekerjaan mereka masih melakukannya dengan professional, itu tidak menjadi masalah baginya.

"Oke, gue ikut," ucap Dimas, akhirnya.

***

Suara musik yang menghentak di sekeliling ruangan, membuat beberapa anak manusia asyik bergoyang mengikuti irama musik dari sang DJ. Tak terkecuali Dimas yang memilih duduk menyendiri di bar area, mengabaikan anak-anak kantor lainnya yang bersenang-senang di dance floor.

Sejak awal, Danu sudah bergumam akan membayar semua tagihan minuman yang dipesan teman-temannya. Pria itu bahkan rela merogoh kocek lebih dalam demi menyewa private room di bar. Sangat total, bukan? Ya, tentu saja. Dalam hal seperti ini, temannya itu memang selalu terdepan.

Dimas menyentuh pinggiran gelasnya membentuk pola lingkaran. Gelas berisi vodka yang dipesan Danu untuknya.

"Udah gue pesenin minum, kali aja lo berubah pikiran," ucap pria itu sebelum berlalu menuju dance floor.

"Kenapa gak diminum, Pak?" Dimas mengangkat wajahnya saat Adit, junior akuntan Maheswara Group, mengambil tempat di sebelahnya. Pria itu menyeruput minumannya sejenak kemudian lanjut berkata, "Takut sama istri di rumah, ya, Pak?"

Dimas menyunggingkan senyum. Nara bahkan tidak peduli dengan keberadaanya saat ini. Bahkan, jika Dimas terkapar di Bar saat ini, Nara tidak akan tahu.

"Saya bawa mobil sendiri, bahaya kalau mabuk," jawab Dimas, mencari alasan aman. Dia tidak perlu memjelaskan lebih jauh alasannhmya menghindari minuman haram itu.

"Kirain karena takut istri." Adit tersenyum jahil. Pria itu meneguk habis gelas minumannya. "Saya turun dulu kalau gitu, Pak."

Dimas mengangguk. Dia kemudian merogoh kantong celananya, mencari ponsel. Tanggannya meng-klik ikon whatsapp, membuka history chat yang dikirimnya ke Nara sehari yang lalu.

Married by AccidentWhere stories live. Discover now