[45] - The Failure?

28.9K 1.8K 64
                                    

Dimas merasakan jantungnya berdegup sangat kencang. Bukan hanya itu, Dimas bahkan merasa jantungnya mungkin akan copot saat ini juga. Nara sudah berada di ruang operasi. Setelah sebelumnya mereka merencanakan lahiran normal untuk Nara, namun seketika berubah ketika bukaan lahiran Nara tidak kunjung bertambah. Sebenarnya, Dimas tidak mempermasalahkan Nara akan melahirkan secara normal ataupun caesar yang penting baginya adalah keselamatan wanita itu dan juga bayinya tentu saja. Namun, karena Nara sejak awal memilih ingin melahirkan secara normal dan dokter pun mengiyakan keinginannya, Dimas pun tidak bisa membantah.

Setelah Nara melakukan pengecekan melalui cardiotoghraphy, Giselle mengatakan bayi dalam kandungan Nara harus dilahirkan secepatnya. Detak jantung sang bayi yang lemah serta tidak stabilnya kontraksi Nara membuat mereka harus mengambil keputusan ini. Dimas yang saat itu tidak tahu harus bagaimana karena ini adalah pengalaman pertama juga baginya. Dimas menyerahkan semua keputusan kepada Giselle, yang lebih tahu akan hal ini. Dan disinilah Dimas sekarang ditemani kedua orang tuanya dan ibu mertuanya menunggu di depan ruang operasi.

Dimas menghela nafas lagi, mencoba meredam rasa panik yang tak kunjung reda. Bahkan, efek rasa panik yang dirasakannya juga menjalar ke kakinya yang sejak tadi tidak berhenti bergerak di depan ruang operasi. Mama bahkan sudah menegurnya untuk menghentikan aksinya, namun Dimas tidak mengindahkan. Dimas butuh pelarian dari rasa paniknya.

"Dimas, kamu mondar-mandir seperti ini malah buat Mama tambah pusing." Mama menatap Dimas jengah. "Mending kamu duduk sini bareng Mama dan Papa terus berdoa buat kelancaran operasi Nara," lanjut Mama sambil menepuk bagian kiri kursinya yang kosong.

Dimas hanya menoleh sekilas, menatap Papa yang menggelengkan kepala melihat tingkahnya, kemudian berpaling menatap jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah setengah jam berlalu. Mendengar dari Giselle, operasi caesar biasanya membutuhkan waktu kurang lebih satu jam. Berarti, kurang dari tiga puluh menit lagi operasi Nara akan selesai.

Dimas mengistirahatkan kakinya sejenak setelah dia merasa lelah. Benar kata Mama, lebih baik saat ini dia berdoa untuk keselamatan Nara. Tidak lama setelah Dimas melantunkan beberapa doa yang diketahuinya, pintu ruang operasi terbuka. Memunculkan Giselle dan beberapa rekannya dari balik pintu.

"Bagaimana keadaan Nara? Apa dia baik-baik saja? Bagaimana dengan bayinya?" tanya Dimas kepada Giselle, menggebu-gebu.

"Operasinya berhasil. Nara dan bayinya selamat, tapi...," Giselle terlihat kesulitan melanjutkan pembicaraannya.

Dimas mengernyit, bingung. "Tapi kenapa?"

"Let's talk in my room, Dim," jawab Giselle, akhirnya.

***

"What do you say, Gi?" Dimas bertanya lagi. Mencoba mengonfirmasi apakah telinganya salah menangkap penjelasan Giselle tadi.

Giselle menghela nafas. "I am so sorry, Dim. Bayi kalian menderita asfiksia neonatorum-"

"Hold on," Dimas memberu gestur agar Giselle menghentikan ucapannya sejenak. "Asfiksia neonatorum?" Bahkan mendengar nama penyakit itu adalah pertama kalinya bagi Dimas.

Giselle mengangguk. "Gangguan sistem pernapasan pada bayi yang disebabkan rendahnya kadar oksigen dalam tubuh dan penyakit ini membuat akan bayi kalian sulit bernafas secara spontan."

"But you said to me, bayinya akan baik-baik saja jika dilahirkan segera, Gi?!"

Giselle menghela nafas dalam. "I know, Dim. But, Sometimes, something happens beyond our control and we're really sorry for that."

Dimas menatap Giselle, lemah. Pikirannya sudah semakin kalut. "So, what will happen then?"

"Ini bisa menyebabkan kerusakan permanen otak dan organ tubuh pada bayi dan...."

Married by AccidentWhere stories live. Discover now