[38] - The Days Without You?

30.3K 2K 55
                                    

Note: udah 100k viewers, thanks buat support kalian semua💖

Memutuskan untuk kembali ke Purwakarta adalah keputusan tepat yang diambil Nara. Sudah seminggu sejak kepulangannya, Nara merasa kondisi kesehatannya sudah jauh membaik. Berada di tengah keluarganya memberi Nara banyak energi positif. Mendengar celotehan Ibu dan candaan garing Bagas tiap hari membuat Nara banyak tersenyum.

Selama berada di Purwakarta, Nara melakukan beberapa kegiatan untuk mengalihkan perhatiannya. Terkadang, Nara ikut membantu Ibu membuat kue. Ibu memang masih membuat kue hingga saat ini. Namun, tidak serutin sebelumnya. Ibu hanya membuat kue jika menerima pesananan dari orang terdekatnya. Nara pernah meminta Ibu untuk berhenti, mengingat fisik ibu tidak sekuat dulu dan penyakit asam uratnya sering kambuh. Namun, Ibu menolak. Dengan alasan, tidak enak menolak pesanan orang terdekatnya dan uang yang dihasilkan dari menjual kue itu lumayan ditabung untuk pendidikan Bagas kedepannya. Mengingat adiknya sebentar lagi akan menempuh pendidikan di perguruan tinggi.

Nara juga aktif mengikuti kegiatan prenatal yoga yang rutin dilakukannya setiap minggu. Senam ini diadakan di area rumah sakit ibu dan anak di kotanya. Selama mengikuti kegiatan senam ini, Nara merasa nyeri dan sakit punggung yang dirasakannya selama hamil berkurang.

Sejenak, Nara melupakan tentang masalah yang terjadi pada pernikahannya. Mungkin karena Nara berada jauh dari pria itu. Nara juga menyadari dia tidak bisa selamanya menghindar. Masalah ini harus diselesaikan segera. Meskipun pada akhirnya salah satu dari mereka mungkin akan terluka.

Memulai hidup baru tentu tidaklah mudah. Apalagi, selama beberapa bulan menjalani kehidupan pernikahan, Nara sangat bergantung terhadap Dimas. Nara tidak bisa membayangkan suatu saat pria itu tidak berada di sisinya lagi. Namun, keputusan Nara sudah bulat. Dia tetap memilih berpisah dengan pria itu.

"Nduk, kamu lihat baju Ibu yang warna marun itu?" tanya Ibu pada Nara yang sedang melipat pakaian.

Nara mengangkat wajahnya. "Yang modelnya gimana, Bu?"

"Itu yang tunik, ada motif bordirnya di bagian bawah. Dua hari yang lalu Ibu cuci, kamu liat, Nduk?"

Nara diam sejenak, mencoba berpikir. Sepertinya dia pernah melihat baju itu entah di mana. "Coba cari di lemari pakaian depan kamar Bagas, Bu. Kayaknya Nara simpan di situ. Ibu mau kemana emang?"

"Ibu mau ke rumah Bu Ratna bantu-bantu buat acara nikahan Tari. Nanti Hesi ke sini kamu yang jaga ya, Nduk. Ibu ke sana sama budhe-mu, jadi Hesi ndak ada yang temani di rumah."

Nara mengangguk. "Nara titip salam sama Tari ya, Bu."

Tari adalah teman sekolah Nara semasa SMP hingga SMA. Namun, sejak Nara memutuskan pindah ke Jakarta untuk melanjutkan kuliahnya mereka sudah jarang bertemu.

"Yo wis, nanti Ibu salamin kalau ketemu," jawab Ibu sambil berlalu.
Siangnya, saat Nara sedang menikmati santap siangnya. Dia mendengar suara teriakan anak kecil memenuhi rumahnya.

"Mbaaa...! Ini Hesi...! Mbaaa...!"

Nara mencuci tangannya, menyudahi makan siangnya. Dengan langkah pelan Nara berjalan ke depan, hendak membuka pintu.

"Udah pulang? Dianterin sama siapa?" tanya Nara, saat Hesi muncul dari balik pintu.

"Sama Mas Bagas, tuh orangnya...," jawab Hesi menunjuk Bagas yang berdiri tak jauh darinya.

Nara menoleh ke arah Bagas. Adiknya itu baru pulang setelah seharian meninggalkan rumah."Dari mana?"

"Dari rumah teman, Mba," Bagas melepas helm di kepalanya.

Married by AccidentWhere stories live. Discover now