1. Tidak Ingin Berbagi

135K 8.8K 499
                                    

Selama hidupnya, apa pun yang ada di rumah mewah ini adalah miliknya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Selama hidupnya, apa pun yang ada di rumah mewah ini adalah miliknya. Rasanya, ia tidak ingin berbagi dengan siapa pun. Termasuk berbagi kamar, berbagi selimut, berbagi lemari, semua itu mulai terbagi sejak hadirnya gadis yang sekarang berstatus menjadi istrinya. Istri? Rasanya Sagara ingin tertawa kencang. Di saat semua orang seusianya hanya memikirkan pekerjaan sekolah, tapi ia malah memiliki banyak pikiran. Salah satunya takut status ini diketahui oleh pihak sekolah. Dengan begitu ia akan di depak dari sekolah. Jika itu terjadi, semua cita-cita yang telah ia impikan sejak lama akan hancur. Perjodohan sialan itu membuat kedua pundaknya terasa sangat berat. Penuh beban.

Pintu kamar terbuka menampilkan Monica yang merupakan mamanya. Perempuan cantik jelita itu mendorong koper besar mendekat ke lemarinya. Sagara hanya bisa mendengus tak suka. Lemari besar miliknya akan ikut menjadi milik gadis itu. Sagara sangat ingin melarang berbagi sesuatu apa yang telah menjadi miliknya, tapi mulutnya hanya bisa diam ketika berada di antara Darius dan Monica.

"Sagara, kamu pindahin seragam kamu ke atas. Mamah mau letakin semua baju Acia di rak dua." Monica menoleh pada putranya yang tengah berkutat dengan laptop.

"Iya, Mah." Hanya kata itu yang bisa diucapkan oleh Sagara. Ia letakkan laptop lalu turun dari kasur. Sesuai permintaan Monica, ia pindahkan semua seragamnya ke rak atas.

Sagara mengamati semua pakaian Acia yang dikeluarkan dari koper dengan tatapan penuh kebencian. Sepertinya gadis itu akan mulai menguasai semuanya di rumah ini. Setelah berbagi kamar, berbagi lemari, lalu berbagi apalagi? Sungguh, Sagara tidak ingin berbagi dengan orang yang tidak ia kenal. Meski Acia sudah jadi istrinya, ia tidak akan mengenalkan diri atau berbicara kepadanya. Gadis itu akan ia anggap sebagai musuh di rumah ini.

Pandangan Sagara beralih ketika pintu kamar berderit di dorong pelan oleh seseorang dari luar. Melihat siapa yang muncul membuat Sagara mengalihkan pandangan. Ia mundur menjauh dari lemari dan kembali duduk ke kasur, membelakangi dua orang itu.

"Bunda, enggak perlu repot-repot. Acia bisa beresin sendiri nantinya. Mending Bunda istirahat aja." Acia mengambil piyama miliknya yang dipindahkan ke lemari oleh Monica.

"Enggak apa-apa, Sayang. Habis ini, Bunda janji istirahat, deh. Tadi Acia makan cuma dikit, udah kenyang belom?" Monica menatap lembut menantunya yang sangat cantik. Kedua pipi Acia bulat, bulu mata lentik serta hidung mancung. Seperti Lavina, mendiang mama Acia.

"Udah, Bunda. Acia makan dikit, tapi harus sering. Nanti sakit perut Acia kambuh. Acia bantu Bunda aja, ya." Acia berjongkok. Piyama dan baju santainya masih baru-baru. Darius dan Monica yang membelikannya sebelum pindah ke rumah ini.

Monica mengangguk mengerti. "Nanti Bunda beliin Acia stok makanan, taroh di kamar. Kalo Acia mau apa-apa, bilang ke Bunda. Nanti Papah kasih Acia rekening buat Acia, biar bisa jajan atau beli yang Acia mau," kata Monica.

"Tapi Acia enggak bisa ke bank buat ambil uang. Acia enggak ngerti. Jadi enggak perlu Acia pake rekening, Bunda." Acia menolak dengan halus.

"Suami kamu ada yang ajarin. Kalo enggak tau, bisa tanya ke Sagara. Jangan sungkan." Monica berdiri, meraih dua sandal bulu yang ia belikan waktu di jalan untuk Acia. Ia letakkan di rak, dekat sepatu Sagara.

TOUCH YOUR HEART (TERBIT)Where stories live. Discover now