45. Istri Itachi?

51.5K 4.4K 1.3K
                                    

Sagara keluar dari kamar mandi dengan handuk masih melilit pinggang. Ia baru saja selesai mandi. Sengaja berangkat agak siang ke sekolah, menunggu Acia bangun. Sementara Monica dan Darius sudah berangkat lebih dulu. Sebelum itu, Darius memberikan salaf untuk penghilang bekas luka untuk pelipis Acia, agar tak berbekas nantinya saat sembuh.

Sembari menyeka rambut dengan handuk berwarna putih itu, Sagara mengeluarkan baju seragam serta almamater. Sebenarnya, Sagara ingin cepat-cepat datang ke sekolah, mengurus pelaku yang mendorong Acia dari tangga. Sagara tidak bisa tenang sebelum kasus ini ia tangani. Kapan perlu, akan ia lapor pada kepala sekolah atau guru BK. Tindakannya melampaui batas. Tapi berhubung Acia belum kunjung terbangun, jadilah ia menunggu.

"Kak Sagara?" Acia menguap seraya meraba sisi kasur, mencari keberadaan Sagara. Matanya belum terbuka sempurna.

"Gue di sini." Sagara menyahut.

Acia menoleh. Matanya langsung disuguhkan dengan pemandangan yang luar biasa. Sagara berdiri menghadap lemari, memperlihatkan punggung telanjang, belum mengenakan seragam. Masih handukan.

"Kak Sagara selesai mandi?" tanya Acia, memastikan.

Saat Sagara memutar badan, cepat-cepat Acia tutup mata dengan telapak tangan. Di sela-sela jari, ia bisa mengintip sedikit. Mengintip perut suaminya yang memiliki kotak-kotak, abs body. Dasar bocil mesum! Meski begitu, rasanya akan rugi jika melewatkan pemandangan di pagi nan cerah ini. Hanya sekali dalam setahun, percayalah. Baru kali ini Acia mendapati Sagara handukan di kamar seperti ini, biasanya di bilik pengganti. Sementara Acia berada di kamar mandi. Pemandangan langka.

"Bentar lagi gue berangkat." Sagara memperlihatkan seragam putih abu dengan almamater di tangan. Kemudian Sagara melangkah menuju bilik pengganti.

Sudah Acia tebak. Sagara tidak akan berani handukan lama-lama di kamar, di depannya. Hanya sekedar mengambil seragam lalu beranjak ke bilik pengganti. Pemandangan yang baru saja ia lihat, sudah menghilang di balik gorden berwarna hitam itu.

"Lo nggak mandi, Cil? Atau cuci muka aja?" Sagara bertanya dari dalam bilik pengganti seraya mengancingkan seragam putih satu persatu, kemudian memasang almamater.

"Acia mau sekolah aja."

"Besok aja, lagian lo belum sembuh. Gue nggak mau repot-repot kalo terjadi sesuatu lagi sama lo. Gue belajar penuh hari ini." Sagara keluar setelah seragam dan almamater berwarna merah terpasang sempurna di tubuhnya. Ia gantung handuk di balik pintu kamar.

Acia menggembungkan pipi. Ia rapikan rambut yang acak-acakan. Semalam ia memenangkan sebuah pertempuran hebat, antara dirinya dan Obito Uchiha di dalam mimpi. Alhasil, shinobi yang penuh dendam karena cintanya mati di tangan Kakashi Sensei itu bisa Acia kalahkan menggunakan jutsu Amaterasu. Kini, Obito telah tenang bersama Rin, cinta sejatinya di alam sana.

"Acia udah sembuh tau."

"Belum. Lo masih butuh istirahat." Sagara duduk di pinggir kasur, memasang sepatu.

Acia merangkak, mendekat pada Sagara. Ia jatuhkan kepala pada paha cowok itu. Wajah ia buat secemberut mungkin, agar Sagara mengizinkannya berangkat sekolah pagi ini. Tinggal sendirian di rumah tanpa Sagara membuat Acia bosan.

"Kak Sagara," rengek Acia.

"Jangan lucu-lucu gini, bisa?" Sagara mencuil hidung Acia. Kepala Acia yang rebahan di pahanya membuat Sagara kesulitan mengenakan sepatu. Punya bocil manja memang begini. Suka merengek dan cemberut. Cengeng apalagi.

"Enggak bisa, Kak Sagara. Acia itu kiyutt sedunia." Acia menjawab penuh percaya diri. Buktinya, Acia memang kiyut. Pipi bulatnya membuat orang gemas, kecuali hatters yang iri padanya. Seperti Sofia, Sonia dan Rania. Menyebutnya ikan buntal. Nana saja mengakui jika ingin pipi kiyut seperti Acia.

TOUCH YOUR HEART (TERBIT)Where stories live. Discover now