40. Bocil dan Dendamnya

58K 4.7K 560
                                    

Acia menyeka keringat yang mengalir di pelipis. Dari kemaren, Sagara mendiamkannya. Bersuara pun, itu hanya memerintahnya ini dan itu. Termasuk pada pagi hari ini. Padahal sekolah tengah libur dikarenakan tanggal merah dan Acia bisa beristirahat dan bersantai seperti biasanya. Namun dari kemaren hingga hari ini, ia menjadi babu dadakan. Mengerjakan sesuatu yang sangat berlebihan. Seperti membersihkan lubang kecil pada dinding, yang kata Sagara ada debunya. Tak hanya itu, lantai yang baru saja ia pel, Sagara gosok mengenakan jari telunjuk. Kemudian komentarnya, masih berdebu.

Sagara menekan kaca mata bagian tengah seraya mengamati Acia dari balik surat kabar yang ia baca saat ini. Duduk bersantai sambil menikmati segelas teh hangat membuat hari liburnya menyenangkan. Tapi tidak dengan Acia. Gadis itu ia beri tugas yang sangat-sangat bertumpuk. Dengan alasan, agar tak kurang kerjaan sampai kelayapan ke mana-mana. Seperti hari kemaren. Sagara kesal setengah mati jadinya. Balasan untuk gadis nakal.

"Kak Sagara, jangan diemin Acia terus." Acia mengerucutkan bibir. Ia tidak tahan dengan sikap Sagara dari hari kemaren, mendiamkannya seperti ini. Ia seperti berada di dekat patung.

Tidak ada jawaban. Acia menghentakkan kaki ke lantai. Andai saja Monica dan Darius di rumah, pasti Acia sudah mengadu. Tapi sayang seribu sayang, dua orang itu berangkat ke luar kota sore kemaren. Teman bisnis dari perusahaan Darius tengah mengadakan suatu acara yang sangat harus dihadiri. Andai saja Acia berkepentingan untuk ikut. Dengan senang hati ia bepergian dengan dua orang itu.

"Ngepel yang bener!"

"Ini udah bener, Kak Sagara. Ini ketiga kalinya Acia ngulang ngepel. Kak Sagara jahat banget, bikin Acia capek dari kemaren." Acia menampilkan wajah melas, namun tak membuat Sagara luluh.

"Kak Sagara, Acia udah minta maaf berulang kali loh. Kenapa Kak Sagara nggak mau maafin Acia? Acia ketemuan sama Kak Galen karena ada urusan penting," kata Acia lagi.

"Gue nggak peduli!" Sagara melempar surat kabar ke atas meja. Kemudian beranjak cepat menuju kamar. Setiap nama Galen disebut, hatinya selalu panas dan berakhir suasana hatinya memburuk. Ia benci semua laki-laki yang mendekati Acia.

Acia mengembuskan napas berat seraya mengelus dada. Kemudian melanjutkan pekerjaan yang tak kunjung habis-habisnya. Kali ini, akan ia usahakan debu itu tak tersisa lagi agar Sagara tak berkomentar. Ia butuh istirahat setelah ini. Semua pekerjaan rumah sudah ia selesaikan dari pukul enam pagi, tersisa satu pekerjaan lagi. Soal memasak, biar Sagara saja. Jika ia turun tangan, Sagara pasti akan memarahinya. Lagi pula, masakannya tak enak di lidah Sagara.

Berselang menit, Acia selesai dengan pekerjaan. Ia memungut semua barang yang bersangkutan lalu membawanya ke belakang. Ada baiknya ia menyusul Sagara ke kamar, membujuk cowok itu agar tak lagi mendiamkannya.

"Kak Sagara," panggil Acia seraya menaiki anak tangga satu persatu.

"Kak Sagara, jangan gini dong. Acia butuh bicara sama Kak Sagara. Diem-diem gini nggak seru. Acia harus ngobrol sama siapa? Bunda sama Papa nggak di rumah."

Acia menghampiri Sagara yang rebahan di kasur sembari mengotak atik ponsel. Ia ikut naik ke atas sana, membaringkan tubuh yang sangat penat. Dengan posisi yang sangat dekat dengan Sagara. Acia sengaja melakukannya agar cowok itu mau bicara dengannya. Namun di luar dugaan, Sagara beringsut kemudian turun dari kasur. Lagi-lagi Sagara menjauhinya.

"Kak Sagara," rengek Acia manja.

"Jangan lupa beli kecap di warung, gue mau masak." Setelah mengatakan itu, Sagara menaruh ponsel pada meja sekaligus ia charger. Setelahnya meraih handuk yang ada di belakang pintu.

Acia menggembungkan pipi saat Sagara melewatinya begitu saja, menuju kamar mandi. Setelahnya, satu ide cemerlang muncul dalam benak kepala. Tentunya tentang perjanjian saat pernikahan. Jika Sagara mengintip ketika Bocil lagi mandi, tentu ia juga bisa melakukan hal yang sama.

TOUCH YOUR HEART (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang