51. Perjalanan yang Menyenangkan

43.5K 4.1K 1.3K
                                    

Liburan sekolah telah tiba.

Pagi-pagi sekali Acia dan Sagara selesai berkemas. Memasukkan barang keperluan ke dalam koper. Seperti baju santai, piyama, peralatan rias, boneka gajah kuning, selimut dan bantal. Sebenarnya bantal tidak harus dibawa, tapi Sagara bersikeras mengatakan jika bisa saja nanti di rumah Acia tidak ada bantal. Bagaimana sampai di sana keduanya mendapati rumah kosong yang tidak ada isinya? Ada baiknya berjaga-jaga. Sungguh, tidur tanpa bantal itu tidak enak. Ibarat aku tanpa husbu, Itachi Uchiha.

Sagara menuruti permintaan Acia, yang ingin liburan di kampung halaman. Gadis itu merindukan suasana rumah sampai menangis hari lalu, ketika Sagara menolak ajakannya. Darius dan Monica pun mendukung. Ada baiknya Sagara menemani Acia selama di sana. Sekaligus untuk Sagara mengenali tempat dan suasana rumah istrinya sendiri. Kembali ke Jakarta tiga hari sebelum sekolah di mulai.

Hari ini adalah hari keberangkatan mereka sekitar jam 9 pagi. Sagara memutuskan untuk membawa mobil ketimbang berpergian dengan bus. Dengan begitu, keduanya nanti bebas ingin pergi kemana dan beli apa saja sebagai oleh-oleh pulang kampung. Seperti yang Sagara tahu dari Acia, rumah Acia berdekatan dengan rumah Mbak Surna. Wanita paling baik, suka mengantar Acia makanan ke rumah. Tetangga.

"Kak Sagara jangan lupa masukin handuk."

"Udah, di koper gue." Sagara menyahut.

Acia menyeret koper miliknya, berwarna kuning ke pinggir kasur. Semua barang sudah ia kemas rapih. Menaruh koper tersebut di samping koper Sagara yang berwarna hitam. Sejenak, Acia mengedarkan pandangan. Mencari-cari barang yang harus ia bawa, jangan sampai ketinggalan nanti.

"Kak Sagara bawa sepatu, enggak?" tanya Acia saat matanya tertuju pada rak sepatu.

"Buat apa bawa sepatu?" Sagara yang rebahan di kasur setelah beres-beres, menoleh pada Acia. Meminta jawaban. Lagi pula, Sagara tidak tahu apa saja aktivitas yang bisa ia lakukan di sana.

"Guna sepatu kan, banyak Kak Sagara. Acia bawa aja ya. Siapa tau kita jogging pas bangun pagi-pagi. Acia udah kangen banget sama udara di desa. Apalagi liat pohon-pohon di pinggir jalan."

"Serah lo, Cil. Gue nurut aja."

Acia berjalan menuju rak sepatu. Mengambil dua pasang yang merupakan miliknya dan sepatu Sagara. Ia taruh di dekat koper. Sepertinya, tidak ada lagi yang ketinggalan. Sepeda kuning sudah dimasukkan ke dalam bagasi oleh Darius. Acia tentu membawanya pulang ke desa. Bersepeda di sepanjang jalan rumahnya. Ditemani hamparan langit biru dan pohon serta rumput hijau.

Sungguh. Acia sudak tidak sabar menginjakkan kaki di rumahnya. Membayangkan saja, Acia ingin melompat-lompat saking senangnya. Kebun Pak Mamat, sawah yang mengelilingi rumah, warung Mbak Surna, bertemu teman-teman sebaya, Acia merindukan itu semua. Semoga perjalanannya tidak ada hambatan. Seperti terjebak macet di jalan besar atau kendala lainnya.

"Kak Sagara enggak mandi?"

"Bentar lagi, masih jam tujuh."

"Acia duluan aja yang mandi." Acia berkata.

"Enggak sabaran banget mau pulang," cibir Sagara yang direspon dengan cengiran oleh Acia. Si gadis berpipi bulat itu.

"Acia beneran kangen suasana rumah, Kak Sagara. Pasti seru ketemu temen-temen Acia yang di desa." Acia memeluk handuk yang baru saja ia ambil.

"Temen apa temen?" tanya Sagara.

"Temen Acia dong."

Sagara mencibir lalu mengalihkan pandangan pada ponsel. Ia tengah chatan dengan Reza dan Tommy di grup. Keduanya sangat gigih menanyakan tentang liburan dirinya dan Acia. Sagara enggan memberi jawaban, rahasia. Sagara tidak ingin mengambil resiko jika tiba-tiba saja keduanya menyusul dan nginap di rumah Acia. Yang benar saja.

TOUCH YOUR HEART (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang