41. Peringatan!

49.3K 4.5K 953
                                    

Sebelum menaiki motor, Acia memutar kepala ke belakang. Menatap anak laki-laki yang ia pukul. Acia tersenyum miring. Ia senang lantaran rasa marahnya di hari itu kini terbalaskan. Setidaknya, pukulan itu bisa membalas rasa sakit yang dirasakan oleh Sagara, singa galaknya. Sagara bisa menerimanya, tapi tidak dengan dirinya. Siapa pun yang menyakiti Sagara secara langsung atau, akan ia balas. Apapun caranya. Bukannya ia pendendam, tapi ia benci dan tidak suka jika ada yang menjahati Sagara. Terlebih lagi bermain curang.

Jajanan yang dipesan oleh Acia, Sagara yang memeganginya di depan, saat gadis itu mulai naik ke atas motor. Helm sudah terpasang di kepala. Setelah merasa Acia duduk dengan posisi nyaman dan aman, Sagara pun memberikan jajanan itu ke tangan Acia. Kemudian melaju dengan kecepatan sedang.

"Kak Sagara mau?" tanya Acia.

"Nggak!" tolak Sagara dengan nada yang tak bersahabat. Hal itu membuat Acia yang tengah menikmati bakso bakar menggembungkan pipi sembari mengedarkan pandangan ke kanan, pinggir jalan.

Sagara mengamati wajah Acia dari kaca spion. Sepertinya gadis itu tak menyadarinya. Acia sibuk menikmati dan mengunyah bakso bakar. Tusuk kedua, terlihat sangat enak untuk di santap. Namun, Sagara terlalu gengsi untuk meminta satu tusuk saja. Ia baru saja menolak tawaran Acia. Sekarang, Sagara ingin mencicipinya. Apalah daya. Sagara hanya bisa menelan ludah.

"Enak banget." Acia mencomot satu tusuk telur gulung yang pakai sedikit saos.

"Kak Sagara beneran enggak mau? Enak tau. Jajanan paling Acia suka waktu SD. Acia rela ngantri panjang demi dapetin bakso bakar sama telur gulung gini." Acia bercerita.

Sagara dilema. Antara mengiyakan atau menolak tawaran Acia yang kedua kali. Sekilas ia mengintip Acia dari kaca spion. Dua jajanan itu masih terlihat di tangan Acia, belum habis. Sagara pun berpikir panjang seraya membuang jauh dan menenggelamkan gengsinya ke sungai Amazon. Berselang detik, Sagara pun menemukan jawabannya.

"Mana?" tanya Sagara seraya menadahkan sebelah tangan ke belakang.

"Apanya yang mana, Kak Sagara?" Acia bertanya balik.

"Barusan lo nawarin, udah kedua kalinya."

"Oh iya. Acia lupa." Acia cengengesan.

Sagara menepikan motor ke pinggir jalan. Ia tidak bisa makan dalam keadaan mengendarai motor seperti ini. Setelahnya, ia memutar badan ke belakang, menghadap Acia. Gadis itu dengan suka rela memberikan bakso bakar serta telur gulung ke tangannya. Dua sekaligus.

"Karena lo udah maksa, makanya gue makan."

Acia menahan senyum kala wajah Sagara masih berekspresi datar seperti itu. Kemudian, Acia mengalihkan pandangan ke arah lain, melihat-lihat sekitar. Sementara Sagara memilih menghadap ke depan. Menghabiskan jajanan kesukaan Acia, yang juga termasuk jajanan kesukaannya pada masa bersekolah dasar. Sagara hanya saja malas mengakui dan membahas apa saja yang ia sukai pada Acia. Lagi pula, tak ada untungnya.

Acia itu gadis yang super heboh, cerewet, bikin darah tinggi, polosnya minta ampun. Paket komplit. Maka dari itu, ketika Sagara merasa memiliki kesamaan tentang suatu hal yang dia suka dengan Acia, Sagara enggan bercerita. Reaksi Acia akan membuat telinganya panas, nyaris mengeluarkan asap. Bibir Acia tidak akan berhenti bicara, seperti kereta api.

Setelah melahap jajanan, Sagara pun kembali melajukan motor. Sementara beberapa tusuk bakso bakar yang tersisa Acia simpan pada saku motor bagian depan.

"Kak Sagara sering jalan-jalan?"

"Nggak."

"Keseringan di rumah?"

"Iya, belajar."

"Kak Sagara enggak pusing?"

"Nggak."

TOUCH YOUR HEART (TERBIT)Where stories live. Discover now