Extra Part

90.5K 6K 4.1K
                                    

3 tahun kemudian ....

Seorang gadis menatap lurus jendela kamar dengan air menggenang di pelupuk mata. Rasanya sangat menyakitkan mengingat kepergian laki-laki yang dia sayang. Tiga tahun lamanya, tidak ada tanda-tanda. Hubungan ini berhenti di tengah jalan karena suatu kesalahan fatal. Ia tanpa sengaja menghilangkan nyawa perempuan yang teramat baik kepadanya. Ia merasa bersalah sekaligus merasa berdosa. Dan juga, ia tidak mengembalikan keadaan seperti dulu.

Acia menelan rasa pahit yang setiap harinya tak kunjung berkesudahan. Masa-masa sekolah ia lewati dengan perasaan hampa, meski Kenzo selalu menjadi penyemangat. Anak itu selalu memberinya motivasi, berubah jadi manusia paling pengertian agar ia bisa bertahan dan terus bertahan sampai rasa sakit yang ia rasa menghilang seiring berjalannya waktu.

Kenzo salah. Rasa sakit tidak menghilang sedikit pun, bahkan tidak berkurang. Membuat Acia tersiksa setiap harinya. Dua tahun berturut ia memasang topeng agar terlihat baik-baik saja di depan semua orang. Berpura-pura tegar menutupi hati yang rapuh. Ternyata, sesakit ini kehilangan orang yang paling istimewa di dalam hidup.

Apakah Acia menyesal mencintai sosok laki-laki seperti Sagara? Jawabannya tidak. Acia tidak menyalahkan Sagara sedikit pun tentang hal ini. Semua terjadi karena dirinya. Sagara marah dan Sagara kecewa padanya. Yang Acia inginkan hanyalah maafnya diterima lalu berbaikan seperti sedia kala. Tidak, itu tidak mudah bagi Sagara. Anak laki-laki semata wayang itu hancur berkeping di hari kelulusan.

"Kak Sagara, apa kabar?" lirih Acia sembari menyentuh bingkai foto yang ada di dalam pelukannya.

Tidak ada kepastian dari hubungan ini, entah akan berlabuh di mana. Apakah kebahagiaan bisa ia rasakan lagi bersama Sagara? Atau kehancuran yang membuatnya ingin mengakhiri semuanya? Ikut mati bersama rasa sakit dan rasa pengap yang menghujam dada setiap kalinya ia membuka mata?

"Udah tiga tahun, Kak Sagara pergi...." Acia tersedu sembari menangkup wajah.

Semakin hari semakin rindu. Tiga tahun bukanlah waktu yang sebentar. Setelah seminggu menerima surat kelulusan dari SMA Tunas Wijaya, Acia memutuskan kembali ke kampung halaman. Rumah yang semula ia tempati selalu mendatangkan rasa sakit. Kenangan terus berputar membuat Acia semakin tak berdaya.

Banyak yang berubah setelah kepergian Sagara. Tetapi perasaan Acia masih sama. Menginginkan Sagara kembali, memberi ruang untuk dirinya melepas rindu yang terpendam dan juga memberinya waktu untuk mengungkapkan semuanya. Acia tidak ingin perpisahan. Ia ingin terus bersama. Bersama orang yang dia cintai sebegitu dalam.

Bunyi ketukan dari pintu membuat Acia menoleh. Ia kembali ke desa dan tinggal bersama paman dan tante. Hanya dua orang itu yang Acia punya saat ini. Menjaga dan juga menemaninya agar tak sendirian di sini. Memastikan keadaannya baik-baik saja, selama Sagara berkuliah di luar negeri.

Paman percaya kebohongan yang telah Acia buat. Ia kembali ke rumah ini tanpa Sagara. Hal itu menimbulkan pertanyaan dari pamannya. Acia menguatkan diri agar tidak menangis di hadapan keduanya. Ia memberi alasan yang logis, mengatakan ingin menunggu Sagara hingga menyelesaikan pendidikan di luar negeri. Pada nyatanya, hubungannya nyaris hancur karena sebuah kesalahan. Hal itu tidak diketahui oleh paman mau pun tante.

"Acia, Tante sama Paman mau pergi sebentar. Kamu jangan lupa makan. Ayam kecap ada di lemari rak pertama ya, Sayang."

"Iya, Tante. Nanti Acia makan."

"Acia, kamu jangan suka ngurung diri dalem kamar gitu. Nggak baik buat anak cewek."

"Acia enggak ngurung diri, Tante. Bentar lagi Acia keluar kok."

"Ya sudah. Tante pergi, ya. Acia mau apa? Mau gorengan yang waktu itu Tante belikan?"

"Enggak, Tante. Acia nggak mau apa-apa. Acia mau Kak Sagara," batin Acia. Ia membekap mulut, tangisnya meledak begitu saja.

TOUCH YOUR HEART (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang