39. Maaf Yang Tak Berharga

50.7K 4.3K 525
                                    

"Jangan tinggalin gue

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Jangan tinggalin gue... Gue sayang sama lo."

Tubuh Sagara terasa lemas. Bahkan untuk kembali menerobos keramaian rasanya ia sudah tak sanggup. Darah yang mengucur deras dari tubuh gadis itu membuat Sagara mual dengan mata terasa berkunang-kunang. Sekali tarikan, ia menjatuhkan tubuh ke kursi kemudi. Menyandarkan kepala pada stir.

Bunyi mobil ambulans membuat Sagara kembali tergemap. Perasaannya campur aduk. Dadanya bergemuruh hebat dengan rasa takut yang membuncah. Perlahan, kepalanya terangkat. Menatap lurus pada kerumunan. Ia lihat, mobil ambulans melaju kencang meninggalkan tempat kejadian. Sementara beberapa pihak kepolisian masih ada di sana. Terlihat bercakap dengan dua pria tua. Sementara salah satu dari polisi itu memegangi ransel kuning yang dipenuhi bercak darah.

"Gue pasti lagi mimpi," lirih Sagara sembari menepuk kencang pipinya dengan kedua tangan. Sakit yang ia rasa. Dan benar saja, saat ini ia tak sedang dalam keadaan bermimpi. Yang ia lihat nyata.

Mobil ambulans sudah tak terlihat. Sagara tak menghiraukan kerumunan orang itu lagi. Dengan tangan yang gemetar, dia memutar kunci mobil. Berselang detik, dia melaju kencang. Mengejar ambulans yang jauh di depan sana. Berharap, gadis yang terbaring lemah tak berdaya di dalam sana bisa terselamatkan oleh pihak rumah sakit nantinya.

"Gue lagi berusaha, kenapa jadi gini?" tanya Sagara pelan. Sekali pun ia terkadang kasar pada gadis itu, namun hal ini benar-benar tak ingin terjadi pada gadis itu. Ia mengakui dan menarik kata-kata yang sempat ia lontarkan di pertemuan pertama. Di hari pernikahan.

Waktu merubah semuanya. Dulu, Sagara selalu ingin menyingkirkan gadis berpipi bulat itu dari rumah, namun sekarang tak begitu. Ia ingin Acia terus hadir dan membuat hari-harinya terasa berbeda, lebih berwarna dari hari-hari sebelumnya. Ketika ia mulai merasa nyaman dan ingin membuka hati kepada seorang gadis yang merupakan istri sah-nya, kenapa jadi begini?

Sagara menambah kecepatan mobil. Melewati beberapa kendaraan yang ada di depannya. Suara dari ambulans kembali terdengar nyaring. Pengguna jalan terlihat memberi akses agar ambulans bisa sampai tujuan, tepat waktu. Kedua mobil saling kejar menuju rumah sakit terdekat.

"Gue mohon, bertahan ...."

Ponsel yang tergeletak di dashboard mobil berdering. Sagara meraih benda itu. Nama Monica tertera di layar. Sagara tak siap menerima panggilan itu. Apa yang harus ia katakan? Ia gagal. Ia tak bisa menepati janjinya pada Monica dan Darius, untuk menjaga Acia demi Dario, sahabat sang papa.

"Mah, Pah, maafin Gara."

Kembali Sagara menaruh ponsel tersebut pada tempat semula. Sagara benar-benar belum siap memberitahu kabar buruk ini pada kedua orang tuanya. Untuk saat ini, Sagara ingin menemui Acia lebih dulu. Menemani gadis itu saat ditangani oleh dokter di kursi ruang tunggu.

Mobil Sagara berhenti tak jauh dari mobil ambulans yang ada di depan. Brankar beserta gadis itu dikeluarkan dari sana dengan keadaan yang terlihat makin parah. Beberapa perawat beserta satu orang dokter mendorong brankar tersebut secepat mungkin. Begitu juga dengan Sagara, berlari menyusul.

TOUCH YOUR HEART (TERBIT)Where stories live. Discover now