29. Diamnya Singa Galak

57.5K 4.7K 230
                                    

Setelah memastikan Acia benar-benar menghilang dari parkiran sekolah, Sagara berbalik badan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah memastikan Acia benar-benar menghilang dari parkiran sekolah, Sagara berbalik badan. Menjauh dari tempat itu. Awalnya tujuan Sagara menuju lapangan basket, namun mengingat ranselnya yang tertinggal di ruang OSIS, Sagara memutar haluan. Ada baiknya ia ambil ransel terlebih dahulu. Perlu di ketahui, ada sesuatu di dalam sana. Tidak lain dan tidak bukan adalah harta karun yang telah ia pungut dari dalam laci. Harta karun kesukaan Si Bocil, gadis penyuka warna kuning itu.

"Gar, ransel lo."

Baru saja Sagara akan membuka pintu ruangan, seseorang memanggil namanya dari arah belakang seraya menyodorkan ransel miliknya. Dia adalah Andra, si wakil ketua OSIS. Cowok itu mengenakan kaca mata tebal hari ini dengan almamater yang rapih.

"Thanks, Ndra. Udah mau balik lo?" Sagara menerima ranselnya lalu menyampirkan ke pundak sebelah kanan.

"Iya, nih. Gue duluan ya."

Sagara mengangguk mengiyakan, kemudian Andra berlalu. Sebelum menuju lapangan basket, Sagara memastikan semua barangnya tidak ada yang tertinggal. Sepertinya aman-aman saja. Termasuk si harta karun.

"Woi, dari mana aja lo? Kita nyariin lo dari tadi. Tau-tau malah di sini."

Dengan tampang songongnya, Tommy meneriaki Sagara bak preman kampung yang sukanya malak anak tetangga di pojok gang. Ada Reza di sampingnya. Keduanya melangkah cepat di koridor, menuju Sagara yang tengah berdiri di sana. Mengecek sesuatu di dalam ransel. Tommy pikir Sagara melarikan diri dari latihan. Pulang bersama Acia.

"Gar, lima menit lagi kita latihan." Reza memberitahu.

"Gue tau, ini mau ke lapangan." Sagara merapatkan pintu ruangan OSIS, lalu menguncinya dari luar. Tempat itu Sagara memegang kunci utama. Ivana dan Andra juga ada, kunci serap apabila Sagara berhalangan hadir ke sekolah.

"Muka lo serasa mau gue tonjok!" Sagara melirik Tommy yang tengah memangku kedua tangan seperti orang kedinginan. Ekspresi wajah cowok itu terkadang mendatangkan rasa kesal secara tiba-tiba.

"Gue tuntut tujuh turunan lima puluh tanjakan lo!" sinis Tommy tak terima.

Ketiganya melangkah bersamaan menuju lapangan basket yang terbilang jauh jaraknya dari ruang OSIS. Ada beberapa murid, lebih tepatnya adkel. Mungkin baru saja selesai piket di kelas.

"Cuit-cuit, mau pulang, Dek?"

"Ii-iya, Kak."

"Perlu Abang Tomgan, anter?"

"Nggak perlu, Kak. Bawa motor soalnya."

Setiap berpapasan dengan adik kelas, perempuan tentunya. Tommy selalu bersiul-siul dan mengedipkan mata seperti orang kelilipan. Menawari jasa antar yang selalu di tolak oleh para gadis. Reza ikut beraksi, menebarkan senyuman termanis yang pernah ada. Padahal tidak ada manis-manisnya. Karena apa, karena Reza bukan Le-mineral. Keduanya hanyalah laki-laki Cap Kadal.

TOUCH YOUR HEART (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang