38. Acia Menghilang

59K 4.4K 379
                                    

Di luar hujan mengguyur begitu deras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di luar hujan mengguyur begitu deras. Padahal beberapa menit sebelumnya, matahari mulai memperlihatkan teriknya. Burung kecil yang membangun rumah di atas pohon mengeluarkan suara merdunya, berkicau kesana dan kemari. Begitu ceria, menyambut hari yang cerah. Di luar dugaan. Matahari bak di telan awan hitam yang kemudian mengeluarkan rintik air. Kian bertambah deras. Beruntung saja, para penghuni kelas X IPS 4, semuanya sudah berada di perpustakaan.

Yap. Di jam pertama mereka belajar Bahasa Indonesia dan mengharuskan mereka untuk berpindah tempat, menuju perpustakaan. Tujuan mereka adalah mencari buku untuk dijadikan sumber materi oleh beberapa kelompok yang telah dibentuk sebelum menuju perpustakaan. Merangkum materi yang di dapat dan menjadikan judul besar dalam buku tugas nantinya. Sebagai tambahan nilai.

Kenzo duduk di bangku panjang bagian pojok. Dia menguap seraya bersandar. Wajahnya sengaja di tutupi buku agar tidak ketahuan oleh guru yang ada di sana. Termasuk oleh Acia. Gadis berpipi bulat itu saat ini tengah menelusuri rak-rak yang ada di dalam perpustakaan, bersama Arga, Si Ketua kelas. Mereka bertiga satu kelompok. Acia, Kenzo dan Arga. Tapi, yang bekerja hanya Acia dan Arga. Sementara Kenzo mencari posisi ternyaman untuk merajut mimpi, tidur pulas.

“Kamu bisa jadi ilmuwan!" Acia membaca nama buku, kemudian berjinjit menjangkau buku yang tak terlalu besar ukurannya di bagian rak pertama. Sayangnya, ia tak bisa menggapai buku yang menarik di matanya itu. Jadilah Arga membantu.

"Lo mau jadi ilmuwan?" tanya Arga seraya mengamati buku yang mulai di buka oleh Acia. Melihat daftar isi.

"Nggak tau. Sampe sekarang Acia belum mau jadi apa-apa. Mau hidup bahagia aja," katanya sambil nyengir.

"Semua orang juga mau hidup bahagia. Tapi bakal bahagia lagi kalo keinginan dan impian tercapai di masa depan. Gue mau jadi tentara. Biar bisa jadi abdi negara dan bikin Papa sama Mama bangga," kata Arga memberi tahu cita-citanya di masa depan nanti. Jadi tentara itu sangat keren di matanya.

"Acia tau. Tapi Acia belum mutusin mau jadi apa. Acia juga belum punya cita-cita. Mungkin nanti... Pas kecil, cita-cita Acia jadi dokter. Biar pas gedenya bisa ngobatin Papih sama Nenek pas sakit. Tapi sayang banget. Acia belum gede aja, udah ditinggal." Acia tersenyum seraya memeluk buku bersampul merah putih, berkombinasi hijau itu.

Arga merapatkan bibir. Ia tak bermaksud menyinggung perasaan lawan bicaranya. Dan ia baru menyadari jika anggota keluarga gadis dihadapannya tak cukup lagi. Belum sempat Arga mengeluarkan suara, Acia lebih dulu berbicara.

"Ya udah. Arga mau cari buku yang mana? Acia mau liat-liat buku ini dulu. Kalo nggak cocok sama tema tugas kita nantinya, bisa liat di buku yang Arga cari," katanya.

"Belum tau mau buku yang mana. Ntar kalo udah nemu, gue samperin lo ke meja."

"Oke deh. Acia ke bangku dulu."

Arga berlalu. Sementara Acia kembali ke bangku. Setiba di sana, ia mendapati Kenzo yang bersandar dengan keadaan wajah tertutup oleh buku. Acia tak perlu menjauhkan buku tersebut. Ia bisa menebaknya. Cowok itu memang suka tidur tak tahu tempat. Seperti di kelas, saat guru menerangkan pelajaran. Jangan heran. Bisa saja motto Kenzo adalah Molor is my life!

TOUCH YOUR HEART (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang