chapter 106

987 138 3
                                    

Seperti adegan di mana pengantin pria memeluk pengantin wanita dengan kedua tangannya lalu memindahkannya.

"Ap, apa yang kau lakukan sekarang?"

Terrence menatapku seolah-olah ada yang salah.

"Bukankah sudah menjadi kebiasaan untuk memeluk pengantin wanita dan memindahkannya ke kamar pengantin wanita pada malam pertama? "

Aku juga mendengarnya, tapi saya tidak tahu kamu akan melakukannya.

"Hanya ada kita berdua di sini, jadi kita tidak perlu............... "

" Ada mitos bahwa jika tidak melakukan ini, nasib buruk akan menimpa pengantin baru. "

Kita akan bercerai beberapa tahun lagi, apakah ada masalah dengan nasib buruk?

"Saya tidak tahu Anda percaya takhayul semacam itu."

Aku mengatakannya dengan nada agak konyol namun jawaban darinya yang tenang kembali.

"Awalnya saya tidak percaya, tapi saya pikir saya mulai terpengaruh karena saya bersama seseorang yang bisa mengintip ke masa depan. "

Terence berkata begitu dengan memelukku lalu menuju ke kamar tidur.

Aku dipindahkan menuju ke kamar tidur sambil memelukku dengan tenang dalam pelukannya seperti kekasih yang berharga.

Seluruh tubuhku menjadi kaku karena suhu tubuh dari lawanku yang terasa dari luar jubah dan bau pria dewasa yang bercampur dengannya.

Tiba-tiba terdengar suara jantung yang berdegup kencang.

Itu pasti suara dari hatiku.

Karena dari saat aku berada dalam pelukannya, jantungku sudah berdegup kencang.

Aku menelan ludah kering lalu berpaling ke tempat lain.

Aku melihat pintu kamar tidur di depanku yang hanya tinggal selangkah lagi sementara Terrence dengan terampil membuka pintu lalu masuk ke dalam.

Begitu pintu kamar tidur terbuka aku langsung melupakan perasaan Maluku dengan membuka mulutku dan tatapan kosong.

Seluruh kamar tidur dipenuhi bunga warna merah.

Bunga Rastana.

Sepertinya mereka pikir kami memiliki hubungan yang mendalam dengan bunga ini, jadi mereka pikir akan menghiasnya dengan ini.

Tidak hanya di dekat tempat tidur, tapi juga di meja, jendela, meja kerja, laci, dan lemari ada bunga merah yang familiar.

Tempat tidur dengan selimut putih dan tirai putih yang transparan juga dihiasi dengan bunga merah.

Warna putih yang murni dan warna merah yang cemerlang membuat harmoni yang unik dan indah.

"Wah ... indah sekali."

Aku bertanya-tanya apa yang mereka lakukan hingga begitu lama.

Ternyata kamu butuh waktu untuk menghiasnya begitu banyak.

Saat aku masuk ke kamar tidur, aroma bunga yang lembut menempel di ujung hidungku seperti godaan yang manis.

Puluhan lilin memenuhi ruangan dengan warna emas yang terasa nyaman di antara bunga-bunga.

Gelombang emas yang bergoyang-goyang melemparkan cahaya lembut pada banyak bunga berwarna merah.

Terrence meletakkanku di dekat tempat tidur.

Aku menyentuh bunga yang dihias di tempat tidur. Semuanya adalah bunga segar.

Ini adalah Benar-benar pernikahan yang mewah dari awal sampai akhir hingga membawa begitu banyak bunga hanya untuk satu malam.

Aku Hanya Ingin Pernikahanku Aman (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang