02. Masa Lalu

17.4K 1.3K 118
                                    

-Aku tidak meminta dilahirkan di dunia ini-

•••

Masih di rumah sakit. Dari arah selatan, beberapa orang berlari dengan tergesa-gesa, mengabaikan keringat yang bercucuran di pelipis mereka. Mereka adalah Dokter dan para suster yang bertugas membantu persalinan.

Di ujung lorong, seorang pria dewasa dengan cemas menunggu mereka. Anak-anak yang duduk didepannya menatap ayah mereka dalam diam.

Melihat siluet beberapa orang berlari ke arah mereka. Ayah dan anak-anak itu sontak menghampiri.

"Maaf, kami terlamb-" Sebelum dokter itu menyelesaikan perkataannya, ucapannya dipotong oleh pria dewasa itu.

"Tolong tangani istri saya segera, dok.."

Dokter tersebut mengangguk. Lalu mengarahkan para suster untuk mengikuti nya masuk kedalam ruangan.

Beberapa detik kemudian seorang suster yang hendak masuk berhenti dan berbalik, "Anda bisa masuk, tuan Herson," ucapnya menatap Herson.

Anak-anak itu juga akan mengikuti ayahnya. Tetapi dihentikan oleh suster tersebut. "Kalian masih anak-anak, jadi kalian tunggu disini saja ya. Ibu kalian didalam sedang bertaruh nyawa melahirkan adik kalian."

Gema mengangguk dan memandang kepergian suster itu dengan tatapan rumit. 'Apa maksudnya dengan bertaruh nyawa? Ibunya hanya akan melahirkan adik untuknya bukan, apakah melahirkan setragis itu?'

Kelvin yang tertidur di pelukan Genta, membuka matanya saat merasa tidak nyaman.

"Ssshh.." Genta menepuk-nepuk pundak Kelvin agar kembali tertidur.

Sedangkan Devon hanya menatap pintu ruangan yang saat ini tertutup rapat. Entah apa yang dipikirkan nya saat itu.

Disisi lain Vano dan Re berada di ruang persalinan, mengawasi persalinan Intan dengan serius, seakan takut melewatkan satu kejadian saja.

Di dalam ruangan itu juga ada Herson. Pria itu menatap Dokter dengan wajah marah. "Tidak bisakah Dokter menyelamatkan keduanya, Istri dan anak saya?"

Dokter tersebut menggeleng. "Ini diluar kendali kami tuan. Sekarang keputusan ada di tangan tuan dan nyonya. Adapun tugas kami adalah menunggu dan membantu sebisa kami."

Intan mengelus tangan Herson lembut. Di wajah pucatnya ada senyum yang menenangkan.

"Tolong selamatkan putra kita, mas. Aku akan sangat bahagia bisa melahirkan putra kelima kita, membiarkan dia melihat dunia." Intan menatap memohon kepada Herson.

Ia sudah pernah melahirkan empat kali, dan sekarang adalah yang kelima. Jika ia tidak memilih putra kelimanya, bukankah itu tidak adil bagi putra kelimanya jika ia tidak dilahirkan, bahkan dia belum melihat dunia yang indah ini, Intan tidak boleh egois.

Bagaimanapun ia seorang ibu, ibu yang rela merenggang nyawa demi nyawa anak-anaknya.

"Putra?"

"Iya, tuan Herson. Semalam kami melakukan cek gender, dan anak yang dikandung nyonya Intan adalah seorang laki-laki," Dokter tersebut menjelaskan dengan hati-hati.

"Waktu hampir habis, apakah tuan sudah memutuskan?" Lanjutnya menatap Herson, dan setelah itu menatap Intan yang saat ini terbaring lemah.

"Selamatkan putra kami dok."

"Selamatkan istri saya dok!"

Kedua jawaban itu hampir bersamaan. Dokter tersebut menatap mereka berdua dengan bingung. "Saya tidak bisa mengambil keputusan yang bertentangan seperti ini. Tolong tuan dan nyonya, jangan menyulitkan saya." Dokter tersebut menatap mereka memohon.

REVANO || Transmigrasi Where stories live. Discover now