46. Fakta lain

3.3K 306 24
                                    

Happy reading

•••

Akhirnya Devon memutuskan untuk membawa Vano ke apartemennya. Ia sengaja mencari tempat tertutup agar dirinya lebih leluasa bercerita kepada adiknya itu. Sesampainya mereka di apartemen, Devon menyuruh Vano duduk di sofa yang ada di ruang tengah. Sementara itu ia sendiri berjalan ke belakang meninggalkan Vano yang duduk dengan patuh sembari memandang seisi ruangan dengan takjub. Ini memang pertama kalinya Vano menginjakkan kaki di apartemen kakak ketiganya itu.

Saat Vano masih memandangi sekitar, pandangannya teralihkan oleh Devon yang berjalan ke arahnya sembari membawa minuman serta cemilan ringan di kedua tangannya.

Dengan telaten Devon meletakkan itu semua di atas meja. "Minum dulu, Van."

Vano tersenyum tulus, "Terimakasih kak." Tangannya menerima gelas yang disodorkan oleh Devon. Vano meletakkan gelasnya setelah menenggak tiga tegukan, ia juga menghapus sisa air yang membasahi bibirnya, dengan menggunakan punggung tangannya.

Semua itu tak luput dari penglihatan Devon.

"Cara Vano minum sama persis seperti ibu. Kenapa aku baru sadar?"

Devon merasa tidak nyaman di hatinya saat memikirkan ini.

"Kak Devon." Devon terkejut saat Vano terlihat melambai di wajahnya.

"Hm?"

"Kakak kenapa melamun?"

"Tidak apa-apa." Devon memperbaiki cara duduknya dan memandang Vano dengan teduh. "Vano siap dengerin cerita kakak? Ini mungkin memakan waktu yang panjang."

"Vano siap kak," jawabnya mantap.

"Tapi kakak minta satu hal. Boleh?" Vano menganggukkan kepalanya tiga kali. Melihat itu Devon tersenyum lagi.

"Setelah mendengar kebenarannya.. Kakak harap pandangan Vano tidak berubah ke kakak. Tolong jangan benci kakak ya? Karena kakak sudah menyesalinya dari dulu."

Lagi dan lagi Vano mengangguk. Ia penasaran cerita apa yang kakaknya bagikan, kenapa Devon terlihat begitu tertekan?

"Janji kak."

Devon tersenyum lega. Tangannya bergerak mengelus rambut Vano dengan lembut.

"Jadi begini ceritanya--"

_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_


Devon yang saat itu masih berusia empat tahun terlihat asyik bermain bersama kedua temannya. Saat ini Devon adalah murid taman kanak-kanak kelas nol kecil. Devon beserta kedua temannya itu berada di kelas yang sama, itu sebabnya mereka menjadi teman sepermainan, seperti sekarang.

Tak terasa bel tanda pelajaran sudah selesai, berbunyi dengan sangat nyaring. Devon beserta kedua sahabatnya bersorak gembira.

"Yeay... Sudah bel pulang!"

"Ayo kita bereskan ini dan pamit kepada ibu guru."

"Ayo! Ayo!"

Setelah itu mereka membereskan mainan mereka dan masuk ke dalam kelas untuk berpamitan kepada guru.

Setelah berpamitan, Devon terlihat sedang menunggu jemputan di depan kelasnya. Ia bersama dengan Jasmine, salah satu teman yang bermain dengannya tadi.  Teman satunya yang bernama Flora sudah pulang terlebih dahulu.

Sebuah mobil sedan mewah berhenti di depan gerbang.

Devon tersenyum bahagia saat melihat mobil yang ia kenal dengan baik itu. "Itu ayahku!"

REVANO || Transmigrasi Where stories live. Discover now