59. Sisi "manis" Kelvin

2.7K 300 7
                                    

Happy reading
•••

Vano menghentikan gerakan tangannya yang tengah memijat kepala Herson saat dirasa pria paruh baya yang berstatus sebagai ayahnya itu kini tengah tertidur pulas. Herson memang sempat mengeluh sakit kepala dan Vano sebagai anak yang baik budi menawarkan diri untuk mengurut kepala sang ayah, setelah beberapa menit Herson merasa rileks dan langsung tertidur dalam duduknya.

Vano merebahkan tubuh Herson di sofa dengan hati-hati. Setelah sedikit bersusah payah Herson akhirnya tidur dengan nyaman di sofa lebar yang ada di ruang keluarga. Vano mendengus geli mendengar dengkuran kasar dari Herson.

"Sepertinya ayah benar-benar tidur."

Sesudahnya Vano mundur secara perlahan, matanya memandang Herson tanpa berkedip takut jika dia berkedip satu detik saja, ayahnya itu akan terbangun.

Setelah berpikir lebih dalam lagi, ini adalah kesempatan Vano untuk berbaikan dengan Kelvin, jadi ia tidak bisa melepaskan kesempatan begitu saja. Mengabaikan larangan Herson sebelumnya ia berniat untuk mengunjungi Kelvin dan memberikan kakaknya itu makanan, Kelvin mungkin sudah lapar karena sekarang sudah pukul 12 siang.

Setelah membawa nampan berisi beberapa makanan dan minuman dari dapur Vano melangkah ke lantai bawah dimana gudang berada. Vano menyembunyikan tubuhnya saat melihat dua bodyguard yang berjaga di depan pintu gudang.

Ia bingung bagaimana cara mengelabui dua bodyguard yang berjaga di depan pintu yang ia yakini gudang itu.

Setelah beberapa detik sebuah ide muncul di benaknya. Vano mengambil sebuah batu yang lumayan besar dari dalam pot bunga di sebelahnya. Dengan kekuatan penuh ia melempar batu tersebut sehingga menyebabkan guci di ujung lorong pecah.

Kedua bodyguard itu saling pandang sebelum memutuskan untuk mengecek situasi di ujung lorong, memanfaatkan kesempatan itu Vano berjalan dengan cepat ke arah pintu gudang. Ia tersenyum lebar saat melihat sebuah kunci tergantung di pintu itu.

"Ceroboh!" Dengan agak tergesa ia membuka pintu gudang dan menutupnya kembali, tak lupa ia mengambil kunci yang menggantung itu dan memasukkan kunci tersebut kedalam sakunya.

Vano mengedarkan pandangannya memindai isi di dalam gudang. Lalu tatapannya berhenti saat melihat siluet seseorang yang membelakanginya yang ia yakini adalah Kelvin. Kakak keempatnya itu terlihat sangat fokus menggerakkan kuasnya ke arah kiri, kanan, ke atas dan ke bawah di kertas canvas putih yang ada di depannya. Sehingga perlahan-lahan kertas yang awalnya hanya berwarna putih tersebut berubah menjadi sebuah lukisan abstrak yang indah.

Karena keasyikan menyaksikan pemandangan langka itu Vano tidak sadar sudah berdiri berapa lama di belakang Kelvin. Sampai sebuah suara menyadarkan nya, "Ngapain kesini?"

Kelvin bertanya tanpa menoleh ke arahnya.

Vano berdehem singkat sembari berjalan ke sisi Kelvin. "Vano bawa makanan kak. Kakak pasti lapar kan?"

Kelvin tidak menghentikan gerakannya, ia sepertinya sudah menduga jika orang yang mengunjunginya kali ini adalah Vano.

Memang sebelumnya Gema dan Devon sempat datang untuk mengeceknya secara bergantian. Gema datang membawa sarapan dan Devon yang datang untuk menasihatinya lalu setelah puas ia memberi Kelvin baju ganti.

Vano baru menyadari itu ketika matanya menatap piring dan gelas kosong di samping Kelvin. Tidak lupa baju Kelvin juga sudah berganti dari pakaian yang dikenakan Kelvin tadi malam menjadi kaos polos berwarna biru dongker yang dipadukan celana jeans pendek.

Hukuman macam apa ini?!

Vano sempat menyesal karena merasa iba saat mengetahui Kelvin dikurung dan tidak diberi makan. Ternyata semua tidak seperti bayangan Vano.

REVANO || Transmigrasi Where stories live. Discover now