03. Sebuah Misi

16.6K 1.3K 25
                                    


-Bagaimana jika mereka masih tidak menyukai ku?-

•••

Vano membuka matanya dengan perlahan. Sekarang ia sudah kembali ke kamar Revano sebelumnya. Tangan mungilnya tanpa sadar menghapus sisa-sisa air mata yang tertinggal di pipi mulusnya. Pikirannya sekarang berkecamuk, antara sedih, marah, dan tidak berdaya.

"Tuan, sekarang kamu sudah mengetahui masa lalu Revano.."

Suara Re menyadarkan Vano dari lamunannya. Ia menatap kucing hitam itu dengan mata sembab.

"J-jadi, misi apa yang kamu ingin aku lakukan?"

Re melompat ke sofa dimana Vano duduk. Lalu berkata, "Misi kamu adalah," Re menjeda sejenak, "Buat semua orang merasa bersalah karena telah membencimu. Dan juga, buat mereka semua berbalik, menjadi menyukai mu!"

Vano tertegun mendengar penuturan Re. Ia menatap kucing itu tidak berdaya, "Bagaimana anak sekecil ini bisa melakukan itu semua? Kamu tahu, pergerakan ku terbatas karena tubuh kecil ini!"

"Kamu salah tuan, justru saat kamu berusia sekecil ini, peluang kamu untuk menaklukkan mereka lebih besar!"

Vano ragu sejenak, "Bagaimana jika mereka masih tidak menyukaiku?"

Melihat keraguan tuannya, Re berkata lagi: "Kamu pasti bisa! Juga, Tuan tidak perlu khawatir, selama mereka mulai menerima tuan, tuan tidak perlu menunggu bertahun-tahun lamanya agar tuan dewasa."

"Maksudnya, aku bisa dewasa tanpa harus menunggu tahun-tahun berlalu, seperti di duniaku? Selama, mereka mulai menerimaku di kehidupan mereka?" Vano memandang Re tidak mengerti.

Vano bisa melihat sebuah senyuman di wajah kucing itu, "Tepat sekali! Tuan, seiring berjalannya waktu, tuan akan menjadi dewasa. Bisa jadi dalam kurun waktu tiga jam atau bahkan tiga bulan, tuan akan bertumbuh lebih dewasa! Itu tergantung bagaimana perlakuan mereka kepada tuan!"

Sedikit, keraguan di wajah Vano sirna, "Kalau begitu, aku tidak perlu khawatir menunggu waktu berlalu terlalu lama.. Aku harus membuat mereka menyukai ku secepat mungkin!"

Setelah mengatakan itu, Vano beranjak dari duduknya, meninggalkan Re berbaring malas di sofa.

Dengan langkah kaki kecil, Vano berlari di sepanjang lorong. Ia sudah memikirkan rencana apa yang akan dia lakukan agar membuat Ayah dan kakak-kakaknya berhenti membencinya.

•••

Sekarang Vano berada di depan kamar kakak kembarnya. Ia mengetahui dari ingatannya dimana letak semua tempat-tempat di mansion Alldarick.

Vano berencana untuk mendekati kakak pertama terlebih dahulu, karena mengingat dari ingatannya, meskipun Gema terlihat tidak peduli dan bersikap dingin, ia masih punya sedikit rasa peduli di hati terdalam nya.

Dengan berani Vano mengetuk pintu. Sekali ketukan. Dua kali ketukan. Tapi pintu masih tertutup rapat.

Tok tok tok.

Di ketukan ketiga, barulah pintu terbuka.

Dibalik pintu, Gema berjalan dengan malas. "Berisik sekali! Siapa yang mengganggu malam-malam begini?"

Atensinya teralihkan menatap Vano yang saat ini mendongak agar bisa menatap kakaknya dengan mantap.

"K-kamu, sudah sadar?"

Ada nada terkejut di dalam pertanyaannya. Ia memandang Vano dengan tatapan menyelidik.

Vano hanya tersenyum menjawab pertanyaan Gema.

REVANO || Transmigrasi Where stories live. Discover now