56. Matanya mengingatkan ku pada ibu

2.2K 240 2
                                    

Happy reading
•••

Kelvin kembali ke asramanya dengan perasaan kacau. Ia bingung dengan perasaannya sendiri. Di satu sisi, ia ingin sekali meminta maaf dan mengakui kesalahannya kepada Vano, di sisi yang lain setiap dia melihat mata Vano ia terus teringat kepada ibunya karena mata mereka sangat mirip. Sehingga kenangan-kenangan kematian ibunya terus muncul di ingatan Kelvin yang menyebabkan Kelvin tidak bisa mengendalikan emosinya.

Itu juga alasan mengapa selama ini Kelvin tidak senang saat Vano selalu mendekatinya, Kelvin hanya tidak mau melampiaskan amarahnya saat mata mereka bertemu. Padahal jauh di lubuk hati Kelvin, ia ingin melupakan semuanya tapi sekeras apapun berusaha ia selalu gagal dalam mengendalikan emosinya sendiri. Dengan kata lain, rasa bersalah Kelvin kalah dengan egonya sendiri.

Saat ia hendak memejamkan matanya. Dering dari ponsel tanda ada panggilan masuk membuatnya urung terlelap, ia bangkit dan menerima panggilan itu di dering ke dua.

"Halo, nak." Kelvin disambut dengan suara bass Herson. Mendengar panggilan itu, Kelvin tersenyum kecil. Sejenak ia melupakan keresahan di dalam hatinya.

"Halo.. ada apa ayah?"

"Sabtu besok kamu pulang 'kan?" Kelvin bisa merasakan nada penuh harap dari ayahnya. Kelvin mengangguk walaupun Herson tidak melihatnya. "Sepertinya, iya."

"Bagus.., Kelvin ajak Vano juga ya. Ayah sudah merindukan kalian."

"Tentu, ayah." Kelvin menjawab dengan nada biasa, setelahnya mereka berbincang beberapa patah kata lagi sebelum Herson mengakhiri obrolan di telepon.

Kelvin kembali memejamkan matanya saat panggilan sudah berakhir. Ia tidak mungkin menolak permintaan ayahnya. Mengabaikan hatinya yang masih sakit, ia mengambil ponselnya dan mengetik sesuatu. Setelah selesai, ia melemparkan ponselnya secara acak dan kembali berbaring sambil memejamkan matanya.

...

Vano yang saat itu sedang mengobrol santai dengan teman sekamarnya mengernyit kala mendengar bunyi notifikasi khusus yang sengaja ia atur di ponselnya. Vano memang membuat nada dering yang berbeda khusus untuk keluarganya saja. Hal itu ia lakukan agar ia langsung mengetahui jika keluarganya menghubungi nya. Seperti sekarang,

itu adalah pesan text dari Kelvin, pikir Vano.

Ia mengambil ponsel yang terletak tidak jauh darinya, setelahnya menatap Raden sambil mengangkat hapenya ke atas. Seakan meminta izin karena sudah mengganggu pembicaraan mereka. "Bentar, ya." ujarnya yang langsung diangguki Raden. Teman sekamarnya itu tidak kepo, ia juga mengeluarkan ponselnya yang sudah memiliki casing jadul, terbukti dari warna putihnya yang terlihat menguning.

Vano meliriknya dan setelah melihat Raden sibuk dengan ponselnya, ia juga menatap layar ponselnya sendiri. Ia membuka pesan text yang dikirimkan oleh Kelvin satu menit yang lalu.

Ka Kelvin

|Sabtu besok pulang bareng
|Nggak usah geer
|Ayah yg nyuruh.

Vano menarik sudut bibirnya yang berkedut. Jika ini Vano yang dulu ia pasti senang dan berbunga-bunga melihat pesan ini, sekarang Vano bahkan mengerutkan keningnya saat melihat pesan itu.

"Siapa yang geer coba," batinnya kesal.

Dengan wajah datar ia membalas pesan Kelvin.

Anda
oke kak|

Ia beralih menatap Raden, "Sepertinya Sabtu aku pulang, kita keluar minggu depan aja gapapa kan?"

Raden menoleh dan mengangguk. "Tidak masalah."

REVANO || Transmigrasi Where stories live. Discover now