52. Hari pertama

2.1K 229 3
                                    

Happy reading




Vano memakai seragam barunya dengan sedikit tergesa, tak lupa ia juga memasang pin berwarna biru dengan logo Sunny High School di dada sebelah kanannya. Pin itu merupakan salah satu benda yang wajib dipakai saat berada di sekolah karena berfungsi sebagai tanda pengenal. Warna pin berbeda di setiap angkatan atau tingkatan. Biru untuk kelas satu, hijau untuk kelas dua, dan merah untuk kelas tiga.

Setelah selesai dengan aktivitasnya, ia menghampiri teman sekamarnya yang tengah memakai sepatu sekolah. Vano duduk disampingnya dan ikut memakai sepatu untuk dirinya sendiri.

"Udah selesai?" Raden mengangguk menanggapi pertanyaan Vano. Tangannya terlihat menarik simpul sepatu terakhir sehingga membentuk tali seperti pita. Ia beralih menatap Vano, "Kamu?"

"Udah dong.. Ayo berangkat," ajaknya yang langsung diangguki Raden.

Mereka berdua berjalan berdampingan keluar dari asrama. Ternyata sudah ada banyak sekali siswa yang berkumpul di depan kelas-kelas. Terutama di depan mading yang berisi informasi tentang nama-nama murid baru beserta kelas yang akan mereka tempati. Mereka terlihat saling berdesakan dan berebut untuk melihat nama mereka terlebih dahulu.

Vano melirik Raden melalui ekor matanya, sementara itu Raden juga melakukan hal yang sama. Seolah ber telepati, mereka berdua dengan serempak menerobos kerumunan. Dengan sedikit usaha akhirnya mereka tiba di barisan paling depan. Tanpa membuang waktu, Vano dengan gesit memeriksa namanya beserta kelas yang akan ia tempati.

Terdapat enam lembar kertas yang tertempel di dalam mading tersebut. Bagian paling atas ditulis dengan abjad sesuai dengan kelas dari abjad A sampai F. "Jadi satu angkatan ada enam kelas," batin Vano sembari terus memeriksa namanya yang belum kunjung ketemu.

Ia sudah memeriksa sampai kelas D tetapi namanya tak kunjung ditemukan.

"Aku di kelas A," bisik Raden yang masih setia menemaninya meskipun teman sekamarnya itu sudah menemukan namanya sedari tadi.

Mendengar itu Vano langsung menoleh, "Wah, hebat! Kudengar kelas A itu kelas unggulan lho."

"Biasa aja kok," jawab Raden merendah. "Kamu di kelas mana?" Lanjutnya menatap Vano.

Vano mengangkat kedua bahunya. "Belum ketemu."

"Sini aku bantu cari.." Tanpa mendengar balasan dari Vano, Raden beralih ke kertas diujung yang bertuliskan kelas F. Ia terlihat fokus mencari nama Vano, mengabaikan tubuhnya yang terus didorong oleh siswa lain di belakangnya.

Sementara itu Vano beralih ke kelas E. Vano meletakkan jari telunjuknya di atas nama-nama yang telah ia baca. Setelah beberapa detik, Vano menghentikan gerakannya. Ia menyipitkan matanya menatap nama yang sudah familiar di ingatannya.

20. |REVANO ALLDARICK|KELAS E|

"Aku di kelas E," gumam Vano yang masih bisa di dengar oleh Raden. Raden menoleh dengan cepat. "Benarkah?"

"Woy! Kalian yang di depan. Kalau udah dapet kelasnya langsung keluar dari kerumunan bisa nggak? Masih banyak yang belum liat kelasnya, tauk." Suara teriakan kesal seseorang membuat suasana semakin heboh. Mereka yang berada di depan merasa tersindir dan dengan bersungut-sungut keluar dari kerumunan.

Sementara Raden yang juga mendengar teriakan itu langsung menarik Vano untuk meninggalkan kerumunan. Akhirnya mereka tiba di area yang tidak terlalu ramai, yaitu taman belakang.

"Kita duduk disini dulu." Raden menarik Vano agar duduk di sebelahnya. Ia memindai wajah Vano yang terlihat kusut. "Vano.. kamu kenapa?"

Vano menatap Raden yang terlihat kebingungan, setelah itu ia menatap langit yang terlihat sedikit mendung. "Aku juga tidak tahu aku kenapa," balasnya dengan suara rendah.

REVANO || Transmigrasi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang