31. Kabar gembira

3.7K 364 75
                                    

Happy reading

•••

Gema melambaikan tangannya di depan wajah Vano yang sedang melamun. Vano mengerjap pelan dan menatap Gema sambil tersenyum kaku. "Em ... Itu-- Vano belajar dari ayah kak. Iya benar, Vano belajar dari ayah.. Hehe," balas Vano sambil tertawa untuk mencairkan suasana. Ia terpaksa berbohong karena ia tidak mungkin menceritakan kebenarannya.

Mendengar itu Gema mengangguk mengerti. Ia tidak pernah menduga sebelumnya jika ayahnya ternyata mengajari Vano diam-diam. Gema tidak merasa heran mengapa Herson mengajari Vano yang masih remaja, karena Gema sendiri sudah diajari berbisnis di usia anak-anak. Jadi dengan tidak menaruh curiga ia percaya semua perkataan Vano.

Menatap Vano kagum, Gema berkata, "Kamu benar-benar hebat. Akhirnya kak Gema punya teman untuk melanjutkan bisnis ayah."

Vano hanya tersenyum malu-malu. Tetapi di dalam hati ia menyesali tindakannya yang terburu-buru, untung saja kakak sulungnya itu tidak curiga. Jika tidak Vano tidak tahu harus berbuat apa lagi.

"Kak Gemaa! ayah memanggil untuk makan ..." Suara teriakan menggelegar dari arah luar menginterupsi kedua bersaudara itu. Setelah itu pintu kamar terbuka tanpa diketuk, Kelvin masuk dan hendak mengatakan sesuatu tetapi urung saat melihat sosok lain di kamar Gema. "Vano? Mengapa kau ada di kamar kak Gema?"

Vano menatap Kelvin tetapi tidak menjawab pertanyaan yang diajukan.

"Vano membantu kak Gema mengerjakan ini," sahut Gema. Tangannya menunjuk laptop yang sekarang tergeletak di kasur.

Kelvin mendekat. Ia mengintip isi laptop dan detik itu juga ia merasa mual karena isi di dalam laptop itu angka-angka yang ia tidak mengerti. Menatap Vano curiga, ia berkata "Kamu mengerti ini semua?"

"Iya, Vano diajari oleh ayah. Vano hebat kan?" Lagi-lagi Gema yang menjawab pertanyaan Kelvin. Gema mengatakan itu sambil menatap Vano bangga.

Kelvin yang mendengar pujian itu merasa kesal, wajahnya berubah menjadi kusut, tetapi sedetik kemudian ia mengubah ekspresi nya.  Ia memandang Gema sambil tersenyum, "Tentu saja. Adik Kelvin memang hebat."

Vano yang sedari tadi terus memperhatikan ke arah Kelvin sempat menangkap ekspresi tidak suka yang di tunjukkan oleh kakak keempatnya itu. Ia dengan segera berdiri di samping Kelvin. Ia takut Kelvin semakin membencinya.

"Kak Kelvin bisa saja, Vano hanya membantu sedikit kak. Kak Gemalah yang mengerjakan semuanya. Vano tidak sehebat itu, kok."

Masih dengan senyum yang menghiasi bibirnya, Kelvin menatap Vano sambil menepuk-nepuk pucuk kepala Vano pelan. "Tidak apa-apa. Kita bisa belajar bersama nanti agar kita lebih hebat dari kak Gema. Haha ... "

Gema juga ikut tertawa mendengar kalimat terakhir Kelvin. Ia merangkul kedua adiknya di kedua sisi tubuhnya, mereka berjalan meninggalkan kamar Gema.

"-hahaha ... Tenang saja, kak Gema akan mengajari kalian berdua. Kita akan menjalankan bisnis ayah bersama-sama."

"Terimakasih kak ..."

"Hum.." Gema beralih menatap Kelvin, "Ayah sudah pulang?"

"Iya kak," jawabnya. Ia melanjutkan, "Kak Devon juga."

"Oke."

Sesampainya di ruang makan, Gema melepaskan rangkulannya dan menyuruh kedua adiknya duduk bersebelahan. Sementara ia duduk di sebelah Devon.

Devon menyapa kedatangan mereka dengan hangat yang di balas tak kalah hangat oleh mereka bertiga. Sedangkan Herson yang duduk di kursi utama menatap keempat putranya dengan senyum tipis.

REVANO || Transmigrasi Where stories live. Discover now