📷 chapter t h r e e

3.1K 270 3
                                    

Pada akhirnya, Radya tidak menginap di kampus ataupun kosan teman

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pada akhirnya, Radya tidak menginap di kampus ataupun kosan teman. Radya memutuskan untuk pulang meskipun harus kembali lagi di pagi harinya. Hal itu membuat dirinya datang ke kampus dengan wajah super kusut serta kantung mata yang kian menebal. Siapa saja yang melihatnya pasti dapat mengetahui bahwa laki-laki itu kekurangan jam tidur.

Dan, yah, tentunya bukan hanya Radya yang tampak demikian sebab panitia penyelenggara festival bukan hanya dirinya seorang.

Saat tiba di ruang kelas, Radya mendapati Ojan serta beberapa temannya yang turut terlibat dalam acara semalam tertidur di meja masing-masing. Ia pun berasumsi bahwa seandainya hari ini tidak ada kuis, pasti kebanyakan dari mereka akan memilih untuk memakai jatah absen yang mereka miliki--termasuk Radya tentunya. Karena sayang sekali, 'kan, kalau kesempatan yang diberikan untuk bolos malah tidak digunakan?

Dengan lunglai, Radya pun berjalan menuju meja yang terletak di sudut paling belakang dan lekas menempatinya. Tas ransel hitam ia sandarkan ke dinding, tanpa peduli bahwa di dalamnya terdapat laptop dan juga kamera. Yang Radya pikirkan saat ini hanyalah keadaan sepasang matanya yang sudah tak kuat untuk menahan rasa kantuk lebih lama. Dan selagi masih tersisa waktu sekitar lima belas menit sebelum kelas dimulai, Radya tentu akan memanfaatkannya sebaik mungkin.

Tanpa butuh waktu lama, Radya sudah pergi ke alam mimpi tepat setelah ia memejamkan mata. Hingga bermenit-menit berlalu, salah seorang teman Radya menghampirinya dan segera membangunkannya.

"Rad, bangun, Rad."

Nyatanya Radya mampu meraih kesadarannya dengan cepat. Ia buru-buru membuka mata dan menegakkan tubuh karena mengira dosen yang mengajar sudah tiba dan kelas akan segera dimulai. Tapi anehnya, saat memandang ke sekitar, Radya malah mendapati satu per satu temannya meninggalkan ruangan.

Apa yang sebenarnya terjadi?

"Ini ruangannya pindah atau gimana?" tanya Radya dengan suara serak khas baru bangun tidur.

"Oh, bukan. Barusan gue dapat kabar dari Bu Eka kalau beliau berhalangan hadir hari ini dan kelasnya diganti jadi hari Jum'at besok."

Radya tergeming beberapa saat setelah mendapatkan informasi tersebut dan berusaha mencernanya dengan baik. Jadi, kelas hari ini dibatalkan dan akan ada kelas pengganti di hari Jum'at. Kelas dibatalkan, yang berarti kuis akan turut diundur pula. Dan seingat Radya, jadwal mata kuliah selanjutnya dimulai pukul dua siang nanti atau enam jam dari sekarang.

Hidung Radya langsung kembang kempis. Laki-laki itu merasa gondok bukan main. Kalau tahu begini jadinya, lebih baik ia tak usah datang ke kampus sekalian!

-

"Lah, gue kira lo bakalan pulang, Rad."

Radya menoleh ke sumber suara dan mendapati Ojan yang baru saja memasuki ruang sekretariat BEM FEB. "Udah keburu males gue balik lagi, mendingan gue lanjut nyari tempat aja buat tidur," balasnya sembari kembali fokus pada laptop di pangkuannya, melanjutkan tugasnya selepas festival dilaksankan. "Lo ada perlu apa dah, ke sini?"

Ojan melepas tas dan menempati ruang kosong di samping Radya dengan duduk bersila. "Entar ada kumpul ketua divisi buat bahas soal LPJ."

"Oh, bener. Gue baru inget kalau lo sekretaris."

"Lo nggak bakal masuk kelas jam dua nanti, Rad?"

"Kagak. Lo masuk? Kalau iya, gue tipsen, dong."

Ojan kontan berdecak-decak. "Bolos mah bolos aja, nggak usah tipsan tipsen mulu."

"Lah, perasaan baru kali ini dah gue minta tipsen," sahut Radya, membela diri. "Yang kali ini jatah absen gue tinggal satu, Jan. Sayang kalau dipake sekarang, entar gue nggak bisa bolos lagi."

"Ya itu salah lo sendiri, sih, keseringan bolos." Ojan memberi jeda. Ia sedikit mendekat pada Radya untuk melihat layar laptop di pangkuan temannya itu. "Emangnya lo ngerjain apaan sampe nggak mau masuk segala? Gue liat-liat lo aja cuma ngeliatin tuh foto doang dari tadi."

Memang benar, yang dari tadi Radya lakukan hanyalah memandangi sebuah foto yang sudah dipindahkan ke laptop. Di awal Radya memang fokus mengerjakan tugasnya, tetapi ketika ia sampai pada satu potret tersebut, ia tak bisa mengabaikannya begitu saja dan malah jadi melupakan hal yang lain. Rasa penasaran tinggi masih berkumpul dalam dada terhadap sosok gadis itu, dan Radya tidak tahu bagaimana harus memuaskannya.

Sekali lagi Radya pun meneliti foto di layar laptopnya dengan seksama. Di sana ada Baswara Chandra sebagai objek utama yang tengah mengajak penonton menyanyi bersama. Beberapa yang terdapat di barisan depan turut masuk dalam frame, dan di antara mereka ada satu yang begitu menonjol, yakni sang gadis yang langsung menarik perhatian Radya dalam sekejap.

Gadis bertubuh mungil dengan bentuk wajah yang kecil itu tersenyum lebar menampakkan deretan giginya. Binar kebahagiaan tampak di kedua matanya yang menyorot ke arah panggung dengan tatapan memuja. Satu tangannya terangkat, seolah ia ingin menggapai Baswara Chandra. Radya pun cukup yakin bahwa si gadis adalah penggemar berat penyanyi muda yang satu itu.

Radya mengembuskan napas berat. Mendadak ia jadi merasa iri dengan seorang Baswara Chandra--yang bahkan sama sekali tidak dikenalnya.

"Gue lagi mikir, di mana gue bisa nemuin cewek ini," ujar Radya kemudian. Ia sama sekali tak berniat untuk menyembunyikannya dari Ojan. "Gue masih nggak terima kalau semalam gue nggak berhasil nemuin dia. Gue bahkan nyampe ngira kamera berhasil nangkep makhluk gaib."

Tanpa disangka, Ojan tiba-tiba saja mengambil laptop Radya dan memperbesar foto yang tertampil di layarnya. "Gue kayak pernah liat nih cewek semalam. Cuma ya percuma juga, gue nggak tau dia siapa, anak kampus sini apa bukan, dan lain-lainnya." Ojan menghela napas sejenak. "Tapi, ini maksudnya lo suka sama cewek yang nggak sengaja lo foto, Rad?"

Radya meringis pelan. "Ya kali secepat itu, Jan. Masa lo nggak paham? Kayak kagak pernah liat cewek cantik aja."

"Hadeh, masa iya nggak pernah. Cewek cantik di Santosha aja udah nggak kehitung jumlahnya. Sayang aja nggak dibikinin IG kayak UI cantik."

Kedua mata Radya pun berputar malas, lantas ia mengambil alih kembali laptopnya. "Gue cuma mau ketemu orangnya secara langsung, Jan. Tapi entah gimana caranya, bisa apa nggak, dan bakal lebih mustahil lagi kalau dia bukan anak Santosha."

Sesaat keadaan pun hening, keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Rad," Ojan tiba-tiba memanggil. Rautnya menampakkan seolah ia baru saja mendapatkan ide yang cemerlang. "Gue nggak tau sih, cara ini bakalan berhasil atau nggak. Tapi, lo mau nyoba, nggak?"

📷

author's note:

guys, kalo suatu saat aku bikin cerita baru tentang baswara chandra, kalian nggak usah kaget yaa wkwk.

padahal dia cuma penyanyi fiksi yang aku ciptain buat kebutuhan cerita ini doang, tapi kayaknya sayang banget kalo nggak dibuatin cerita di mana dia jadi tokoh utamanya haha. aku bahkan niat banget waktu nyari-nyari nama yang cocok dan hasilnya malah bikin aku jatuh cinta 🥲

semoga aja deh yaa ada waktu dan kesempatannya biar dia punya cerita sendiri. nah untuk sekarang kalian fokus dulu aja sama radya dan cewek di foto okee 😆

bandung, 9 agustus 2022

love, dinda.

Through the Lens [END]Where stories live. Discover now