📷 chapter t w e n t y

1.3K 182 15
                                    

Alsa yakin dirinya pasti tengah bermimpi sekarang

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।

Alsa yakin dirinya pasti tengah bermimpi sekarang. Namun mau berapa kali pun Alsa coba menepuk hingga mencubit kedua pipinya sendiri, gadis berambut hitam sebahu itu masih tetap berpijak pada bumi alih-alih terbangun dari tidurnya. Sosok Radya yang berjalan di sisinya betulan nyata, begitu pula dengan kata-kata yang terlontar dari mulutnya. Dan, sungguh, rasanya Alsa masih sulit untuk memproses apa yang terjadi hari ini.

Dengan ragu-ragu Alsa menoleh ke samping, dan ia pun mendapati Radya yang tengah sibuk berkutat dengan ponselnya. Sejak meninggalkan sekretariat himpunan setelah menemukan barang yang dicari, Radya memang belum mengatakan apa pun selain berterima kasih karena telah membantunya. Alsa pun jadi skeptis dengan apa yang Radya ucapkan sebelumnya. Apakah ia benar-benar serius akan hal itu? Lantas, kenapa ia diam saja dari tadi?

Mulanya Alsa ingin memberanikan diri untuk bertanya, tetapi Radya tiba-tiba menerima telepon dan sang gadis pun terpaksa mengurungkan niatnya sejenak.

"Kenapa tiba-tiba diundur dah, Yan? Kagak kemaleman apa kalau jam segitu?"

Alsa bukan bermaksud untuk mencuri dengar, tetapi suara Radya yang berada persis di sebelahnya tentu saja akan sampai ke rungunya.

"Yah, lo bener sih, besok weekend. Tapi gue juga manusia, cuy, gue masih butuh yang namanya tidur. Kagak sanggup gue kalau besok pagi udah harus beres. Emang terakhirnya kapan, dah? Lo aja sebelumnya kagak ada bilang deadline-nya kapan."

Percakapan itu sepertinya cukup serius. Alsa melihat bagaimana tampangnya yang terlihat lelah. Alsa pun jadi penasaran sendiri apa yang sebenarnya tengah Radya bicarakan dengan seseorang di seberang sana.

Radya kemudian menghela napas dalam sebelum kembali memberikan balasan. "Okelah, paling telat besok malam kalau gitu. Tapi tolong nih, lo inget-inget lagi kalau harga teman nggak berlaku buat gue. Gue tetep nggak mau rugi, ya, walaupun lo temen gue sendiri."

Tak lama setelahnya, Radya menyudahi telepon tersebut bersamaan dengan napas panjang yang ia embuskan. Laki-laki itu lalu menaruh ponsel di saku jaket jeans-nya. Di saat itu Alsa masih tak sadar bahwa ia masih menaruh atensinya pada Radya secara saksama karena kepalang ingin tahu lebih banyak, hingga tiba-tiba saja pandangan Radya sudah tertuju kepadanya.

Ketahuan, Alsa pun cepat-cepat membuang muka dan bersikap seolah ia tidak bertindak bodoh barusan--meski dalam hati gadis itu tak henti-hentinya merutuki diri sendiri.

"Habis ini lo mau langsung pulang?"

Mendengar itu, Alsa sempat tak menyangka Radya hanya akan melontarkan pertanyaan tersebut. Kemudian ia pun menjawab, "Iya, soalnya nggak ada kegiatan apa-apa lagi."

Radya manggut-manggut kecil. "Naik apa?"

"Gue biasa pake ojol."

"Hm, oke kalau gitu. Berarti pisah di sini, karena gue harus ke parkiran mobil. Lo hati-hati pulangnya, oke?"

Through the Lens [END]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें