📷 chapter s i x t e e n

1.5K 190 9
                                    

Teringat akan perkataan Radya sore tadi, Alsanira Mahika yang semula tengah fokus mengerjakan tugas kuliahnya tanpa sadar mulai menarik kedua sudut bibirnya hingga berbentuk sabit

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Teringat akan perkataan Radya sore tadi, Alsanira Mahika yang semula tengah fokus mengerjakan tugas kuliahnya tanpa sadar mulai menarik kedua sudut bibirnya hingga berbentuk sabit.

Ya, betul.

Yang Alsa maksud ialah ketika Radya berkata bahwa dirinya tidak memiliki pacar. Asumsi Alsa sebelumnya pun segera terpatahkan saat itu juga, yang berarti ia hanya salah paham saja terhadap laki-laki yang hobi memotret itu. Yah, meskipun Alsa masih penasaran sesungguhnya ditujukan kepada siapakah rasa rindu yang sempat Radya utarakan, tetapi sang gadis memutuskan agar ia tak lagi berpikir macam-macam. Bagi Alsa, ucapan Radya sudah cukup untuk dipercayainya.

Namun, tak lama setelah itu sebuah pemikiran seketika muncul dalam benak, membuat lengkungan di bibirnya bertransformasi menjadi sebuah senyum miris.

Emangnya lo bakal ngapain sih, Sa, kalau tau Bang Radya nggak punya pacar? Lo nggak bakal ngelakuin apa-apa juga, 'kan?

Faktanya, informasi tersebut memang tidak lantas membuat keberanian dalam diri Alsa muncul untuk bertindak sesuatu terhadap laki-laki yang disukainya. Lagi pula, sekarang ini masih terlalu dini, bukan? Mereka berdua belum lama saling mengenal, bahkan pertemuan pertama mereka pun sangat jauh dari ekspetasi yang diharapkan. Dan karena hal tersebut, Radya belum sepenuhnya bisa menerima kata maaf dari Alsa sampai saat ini.

Alsa kemudian menghirup napas dalam-dalam dan mengembuskannnya dengan perlahan. Oke, nggak perlu buru-buru, Alsa, batin sang gadis dengan mantap. Sebab bukankah lebih baik semuanya berjalan secara natural saja? Alsa pun tak ingin dicap sebagai seorang adik tingkat yang annoying jika suatu saat ia bertindak gegabah.

Dengan pemikiran demikian serta keyakinan dalam dirinya, gadis berambut sebahu itu pun lagi-lagi menghela napas dan mulai mencoba fokus kembali pada apa yang ia lakukan sebelumnya, yakni mengerjakan bagiannya untuk tugas kelompok dalam mata kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi. Yah, berhubung acara inaugurasi jurusannya tidak dilaksanakan saat weekend, pengumpulan tugas pada esok hari pun tak dapat terelakkan.

Baru setengah halaman yang didapat, Alsa tiba-tiba mendengar pintu kamarnya diketuk sebanyak dua kali, kemudian disusul oleh suara seorang laki-laki yang berkata, "Kak, kata mama makan dulu!"

Itu adalah Ravin, adik laki-laki Alsa. Ia pasti diperintah oleh Mama untuk menyampaikan hal tersebut mengingat Alsa kerap kali melupakan waktu makan malam jika sudah terlalu fokus pada tugas kuliah.

Alsa menoleh sekilas pada pintu yang tertutup meski tak dapat melihat wajah sang adik. Lalu ia menyahut, "Iya, lima belas menit lagi gue makan!"

Sebuah decakan kemudian terdengar dari balik pintu. "Hadeh, lima belas menitnya lo tuh sama dengan satu jam, Kak. Tinggal makan doang napa nggak bisa sekarang aja, sih?"

"Ish, bawel amat sih lo." Alsa mendengkus pelan. "Tunggu sampe gue dapat tiga halaman baru gue keluar. Nggak bakal nyampe satu jam kok, serius deh!"

Setelahnya Ravin hanya mendumal sebal hingga lama-kelamaan suaranya makin mengabur, yang berarti ia sudah berjalan menjauh dari depan kamar Alsa. Gadis itu pun menghela napas berat dan kembali fokus pada tugasnya. Namun sebelum itu, Alsa sempatkan terlebih dahulu membuka Spotify yang terdapat di laptopnya dan lekas memutar playlist yang khusus memuat lagu-lagu dari sang idola: Baswara Chandra. 

Through the Lens [END]Where stories live. Discover now