📷 f i n a l chapter

3K 184 36
                                    

Empat bulan setelahnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Empat bulan setelahnya.

Selepas turun dari mobil, Radya berlari kecil menuju sebuah kafe lantaran gerimis tengah turun membasahi bumi. Sesampainya di beranda kafe, laki-laki itu sejenak mengacak-acak pelan rambut hitamnya--yang kini telah dipangkas hingga menjadi sedikit lebih pendek dari sebelumnya. Lantas tanpa perlu menunggu lagi, ia segera masuk ke dalam tempat tersebut dan langsung saja disambut dengan hawa sejuk dari pendingin ruangan serta aroma kopi yang begitu memanjakan penciuman. Langkah kakinya kemudian membawa ia menuju antrean panjang di kasir untuk memesan.

Sambil menunggu, Radya pun mengecek ponsel tanpa peduli dengan keadaan sekitar selain antrean di depan. Namun, kedatangan beberapa pelanggan baru berikutnya nyatanya mampu menarik perhatian Radya dalam sekejap. Pasalnya, salah satu dari empat orang perempuan yang datang tiba-tiba menyapa laki-laki itu kendati terdengar agak ragu-ragu.

"Hai ... Rad?"

Di saat itu Radya pun seketika menoleh. Sesaat ia mematung sebab mendapati Karen bersama tiga temannya di sana. Perlahan, Radya pun mengembuskan napas panjang seiring dengan rautnya yang lambat laut berubah dingin. Kemudian, tanpa merespons, Radya kembali lagi pada ponselnya seolah Karen tidak ada. Kendati demikian, dalam hati Radya bertanya-tanya, apa lagi yang sebenarnya direncanakan semesta dalam pertemuan mereka kali ini setelah berbulan-bulan terlewati?

Walaupun tidak mendapat balasan, Karen tetap maju mengambil langkah hingga ia kini mengantre persis di samping Radya alih-alih berdiri di barisan paling belakang. Pelanggan-pelanggan lain tidak memprotes sebab mengira Karen memang mengenal Radya. Sementara itu, ketiga teman yang datang bersama Karen lekas mencari meja kosong sembari diam-diam memerhatikan dari kejauhan.

"Rad," panggil Karen, mencoba memulakan percakapan dengan laki-laki di sebelahnya. "Gue denger-denger dari Ojan, lo ambil cuti di semester ini buat pemulihan gara-gara kecelakaan beberapa bulan lalu?"

"Hm," Radya hanya bergumam dengan malas.

Walaupun begitu, Karen cukup senang bahwa Radya tak benar-benar mengabaikan kehadirannya. Alhasil ia pun lanjut bertanya, "Terus, kegiatan lo apa sekarang? Kayaknya lo udah bener-bener sehat. Gue liat-liat juga penampilan lo rapi banget hari ini." Karen tampak takjub sebab saat masih bersamanya dulu, Radya tak pernah menunjukkan sisinya yang seperti itu.

Sejenak Radya pun perhatikan setelan serba hitamnya: kemeja panjang yang lengannya digulung sampai siku, celana bahan, serta sepatu pantofel mengkilap. "Ah, gue habis datang ke acara anniversary hotel." Radya lantas menoleh, menarik tipis kedua sudut bibirnya. "Hotel bokap gue."

Karen terhenyak. Radya dengan sengaja memperjelasnya sebab ia masih tak lupa dengan kejadian yang sudah lalu.

"Oh, I see," balas Karen pelan. "Tapi, Rad ... kenapa dulu lo nggak pernah kasih tau apa pun soal itu ke gue?"

Radya mendesah malas seraya memasukkan ponsel ke dalam saku celana. "Buat apa? Biar lo bisa mikir dua kali dulu buat bersikap seenaknya sama gue? Atau biar gue sama lo nggak perlu stay private demi jaga image lo, takut gue bikin lo malu?"

Through the Lens [END]Where stories live. Discover now