📷 chapter f o r t y o n e

1.1K 142 29
                                    

"Wah, gila, lumayan juga yang nyariin lo gara-gara lo ngilang, Rad!" seru Risha saat ia mengintip kotak pesan pada akun Instagram milik Radya yang tertampil di layar ponsel laki-laki itu

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

"Wah, gila, lumayan juga yang nyariin lo gara-gara lo ngilang, Rad!" seru Risha saat ia mengintip kotak pesan pada akun Instagram milik Radya yang tertampil di layar ponsel laki-laki itu. Atau lebih tepatnya, ponsel yang baru dibelikan oleh Papa. Sebab barang-barang yang Radya bawa saat ke gunung--termasuk ponselnya--telah hilang, entah bagaimana ceritanya tahu-tahu ditemukan sudah terjun bebas ke jurang yang lebih dalam ketika proses evakuasi.

Hal tersebutlah yang menjadi salah satu alasan mengapa Radya tak bisa menghubungi Alsa, pun pesan-pesan yang Alsa kirimkan pada Radya tak kunjung terkirim. Tidak akan pernah.

Kembali lagi pada DM yang Radya terima. Hampir semuanya dari teman-teman satu jurusan--satu kelas pun satu himpunan--yang secara serempak menanyakan satu pertanyaan yang sama: ke mana perginya Radya selama seminggu ini? Namun, rasanya Radya tidak punya energi yang cukup jika harus dijawab seluruhnya. Alhasil, Radya hanya membalas pesan dari Ojan dan mengabarkan bagaimana kondisi sesungguhnya, sekaligus Radya beri tahukan nomor teleponnya yang baru. Lantas selagi menunggu balasan dari Ojan, Radya kembali menggulir layar guna mengecek pesan masuk yang lainnya, hingga ia temukan sesuatu yang sukses membuat gerakan jempolnya terhenti saat itu juga.

"Oh, wait, itu akun mantan lo, 'kan?" Saat itu Risha masih setia memonitor apa yang Radya lalukan tepat di samping kiri laki-laki itu.

Radya hanya mendengkus. Ia berniat untuk mengabaikannya begitu saja sampai Risha tanpa aba-aba merebut ponselnya dengan cepat. Laki-laki itu lantas berdecak sementara kedua alisnya bertautan. "Sha, apa-apaan sih, lo?" tanya Radya, tanpa ada emosi yang berarti dalam intonasinya.

"Gue penasaran dia ngirim apaan ke lo, Rad, setelah kejadian di hotel waktu itu," kata Risha. "Kalau misal dia punya niat buat ngejar lo lagi, wah, nggak tau malu banget sih, itu cewek." Setelahnya Risha pun membuka pesan dari Karen tanpa seiizin Radya. Usai membacanya, seketika matanya melotot dengan raut kesal yang terpampang nyata. "Gila, beneran nggak tau malu ternyata. Masa bisa-bisanya dia bilang, 'Rad, lo ke mana? Ojan bilang lo udah dua hari nggak ada kabar. Semoga lo nggak papa ya, gue khawatir soalnya. Gue pengen bicara empat mata sama lo padahal'."

Mendengar hal itu, Radya hanya geming dengan ekspresi datar. Ia tak menyangka Karen akan berlaku seperti ini setelah pertemuan terakhir mereka sekitar dua minggu lalu. Radya pikir Karen akan memilih untuk mempertahankan harga diri dengan tak lagi berurusan dengannya. Namun, tanpa diduga, jalan yang ia pilih justru malah ingin mempermalukan diri sendiri.

Embusan napas berat lantas Radya loloskan. Ia tetap diam saja saat Risha masih sibuk misuh-misuh perihal tindakan Karen. Kemudian laki-laki itu berpaling ke kanan, dan ia segera menemukan Alsa dengan wajah cemberut yang tidak bisa disembunyikan.

Bodoh. Nyaris saja Radya melupakan fakta bahwa Karen adalah pusat permasalahan antara ia dengan Alsa sebelum kecelakaan itu terjadi.

Through the Lens [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora