📷 chapter s i x

2.2K 226 0
                                    

"Tolong dong, divisi acara

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

"Tolong dong, divisi acara. Menurut rundown harusnya ini udah beres dari dua puluh menit lalu, anjir," protes Radya sembari memerhatikan satu per satu rekan-rekan panitia yang ada di sekitarnya, barangkali ia dapat menemukan divisi acara yang hanya beranggotakan satu orang saja. Namun, rupanya ia serta sang ketua divisi tak berada di sana. "Lah, pada nggak ada yang stand by di sini?"

"Sabar, Rad, si Okta lagi otw ke sini," sahut Ojan yang kebetulan sama-sama berpartisipasi dalam kepanitiaan hima untuk membantu menjalankan acara seminar yang diadakan oleh jurusan Manajemen Bisnis. "Kalau si Dwiki gue nggak tau, nggak keliatan anaknya dari tadi."

Radya berdecak sembari memindahkan gimbal beserta kamera yang terpasang di sana  dari tangan kanan ke kiri karena merasa pegal.  Pekerjaannya sudah selesai, omong-omong. Sebab merekam dan memotret keseluruhan acara dari awal hingga akhir bukanlah tugasnya. Ia hanya mengambil beberapa potongan video yang kemudian akan diedit untuk keperluan media sosial.

Sesungguhnya, untuk kali kedua, Radya sama sekali tak berminat untuk bergabung menjadi panitia. Salah satu alasannya adalah karena waktu dilaksanakannya acara seminar dengan Festival Musik FEB hanya berjarak satu minggu saja. Namun, lagi-lagi karena kekosongan anggota divisi publikasi dan dokumentasi ditambah dengan bujukan-bujukan tiada henti dari sang ketua pelaksana saat mendekati hari H, Radya jadi tak memiliki pilihan lain.

Yah, meski hanya menambah-nambah pekerjaannya saja, tetapi bukan berarti Radya menyesal juga. Tentu saja, setidaknya Radya dapat kembali meningkatkan hard skill-nya, 'kan? Selain itu, ia dan panitia yang lainnya pun memperoleh keuntungan tersendiri karena acara kali ini murni diadakan oleh jurusan, bukan merupakan bagian program kerja dari himpunan.

Dari bagian samping panggung, Radya masih memerhatikan pembicara dalam seminar masih belum menunjukkan tanda-tanda akan menghentikan aktivitasnya, membuat ia hanya bisa mengembuskan napas panjang.

Untungnya Okta--yang ternyata habis dipanggil untuk menghadap ketua jurusan--segera tiba di sana dan berusaha mengingatkan dengan sopan bahwa waktu telah habis, lantas sang pembicara mengakhiri materinya yang kemudian ditutup oleh moderator. Satu per satu panitia pun mulai meninggalkan auditorium, beranjak menuju ruangan khusus yang telah dipinjam sebelumnya.

"Wow, demi apa ini konsumsi buat panitia?!" Seseorang berseru tak percaya kala menginjakkan kaki dalam ruangan tersebut dan mendapati sesuatu yang tiba-tiba ada di dalam sana. Beberapa yang lainnya bahkan memberi reaksi yang sama pula.

Penasaran, Radya pun turut ingin melihat apa yang rekan-rekannya lihat itu. Sepasang netranya kontan membola saat menangkap dua buah plastik besar berisi dus konsumsi dengan nama restoran cepat saji yang namanya sudah tak asing lagi. "Gile, royal banget jurusan kita, cuy," tukas laki-laki itu. "Ini baru yang namanya konsumsi."

"Kali ini gue setuju sama lo, Rad, karena jujur aja gue masih trauma berat sama nasi basi pas proker beberapa bulan lalu," timpal Ojan yang seketika tampak merinding karena teringat kembali akan kejadian yang sudah lalu. "Padahal pihak kampus nggak pernah pelit soal bantuan dana, tapi anggaran buat konsumsi panitia suka dipangkas terus-terusan."

Through the Lens [END]Kde žijí příběhy. Začni objevovat