📷 chapter t h i r t y f o u r

1.1K 155 21
                                    

notes: sebelumnya aku mau minta maaf dulu karena kemaren sempet kepencet update pas aku lagi nulis chapter ini huhu tapi sekarang akhirnya selesai dan udah bisa update yeay! anw chapter ini panjang bangettt semoga kalian kuat deh bacanya wkwk

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

notes: sebelumnya aku mau minta maaf dulu karena kemaren sempet kepencet update pas aku lagi nulis chapter ini huhu tapi sekarang akhirnya selesai dan udah bisa update yeay! anw chapter ini panjang bangettt semoga kalian kuat deh bacanya wkwk. happy reading, guys! ❤️

-

Cantik.

Cantik.

Cantik.

Rasanya sulit sekali bagi Alsa menghentikan satu kata tersebut agar tak lagi berputar-putar dalam benak, terhitung sejak perdana terucap dari mulut seorang Mahameru Faradya. Mungkin kedengarannya berlebihan, tetapi bagi Alsa yang jarang mendapatkan pujian demikian--kecuali dari keluarganya sendiri, itu menjadikannya sebagai sesuatu yang sangat berarti. Terlebih lagi laki-laki itu ialah pacarnya, bagaimana mungkin ia tak merasa bagai terbang ke langit sebagai efek samping usai mendengarnya?

Alsa pun seolah memperoleh suntikan percaya diri setelah sebelumnya sempat diserang perasaan insecure yang amat sangat hanya karena sosok Karenina Gunawan. Sebab dari segi penampilan fisik saja Alsa sudah merasa kalah telak, sehingga membuat ia sempat bertanya-tanya apa yang sesungguhnya Radya lihat dari dirinya. Namun, pada kenyataannya Alsa hanya terlalu sibuk memikirkan sesuatu yang semestinya tidak perlu dipikiran secara berlebihan. Seperti yang Kania katakan, Alsa tak perlu overthinking soal Karen yang merupakan masa lalu Radya. Selama hanya ada Alsa di hatinya, laki-laki itu takkan peduli dengan perempuan mana pun.

Jika dipikirkan kembali, sejak sebelum Alsa tahu soal Karen, Radya dengan segala kesungguhannya saja sudah cukup membuktikan bahwa fokusnya memang hanya pada Alsa seorang. Dan, seharusnya Alsa turut dapat melakukan hal yang sama pula.

Oleh karenanya, Alsa yang kini tengah bersiap di depan cermin menatap dirinya sendiri dengan penuh keyakinan serta senyum yang terkembang. Di mata dia, gue cantik, kalimat tersebut terucap berulang kali dalam hatinya seraya ia memoleskan riasan natural pada wajah, sebagaimana yang biasa dilakukannya acap kali hendak bepergian.

Setelah selesai, Alsa lekas meraih tote bag di atas meja belajar yang sudah berisi barang-barang yang selalu dibawanya saat kuliah. Lantas ia bergeser sedikit untuk mengambil ponsel di atas nakas usai mencabut charger kendati daya baterai belum terisi sampai penuh.

Kala layar ponsel menyala, sebuah notifikasi lekas mencuri perhatian Alsa, membuatnya sejenak mengecek pesan yang didapatkan.

Mahameru Faradya
Cil
[Sent a photo]
Wanna watch a movie?

Alsa mendengkus pelan. Alih-alih melihat foto yang Radya kirimkan serta merespons ajakannya, Alsa malah hanya terfokus pada chat pertama. Lantas segera saja ia mengetikkan balasan.

Alsanira Mahika
Masih aja manggil gue bocil 😤

Mahameru Faradya
What should i call u then?
Sayang?

Through the Lens [END]Where stories live. Discover now