📷 chapter t e n

1.6K 198 10
                                    

Selama berkawan dengan Radya sejak mereka masih berstatus sebagai mahasiswa baru, Ojan tentunya sudah tahu betul bahwasanya Radya merupakan tipe mahasiswa yang jarang sekali mencatat materi yang dipaparkan oleh dosen dalam bindernya, sehingga tida...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Selama berkawan dengan Radya sejak mereka masih berstatus sebagai mahasiswa baru, Ojan tentunya sudah tahu betul bahwasanya Radya merupakan tipe mahasiswa yang jarang sekali mencatat materi yang dipaparkan oleh dosen dalam bindernya, sehingga tidak heran bila Ojan sering menemukan meja Radya benar-benar kosong ketika perkuliahan berlangsung.

Namun, kali ini Ojan justru mendapati sesuatu yang berbeda. Radya bukan hanya malas mencatat, tetapi ia juga tampak seolah ingin buru-buru pergi meninggalkan ruangan jika melihat dirinya yang berulang kali mengecek waktu pada arloji hitam yang melingkari lengan kirinya. Ia bahkan sampai mendecak kesal karena seorang dosen di depan sana masih belum berniat untuk mengakhiri perkuliahan hari ini.

Heran, Ojan pun segera saja melemparkan tanya pada Radya untuk mengetahui jawabannya. "Lo kenapa sih, Rad?" Lalu ia lanjut dengan berkata, "Nggak bisa diem banget lo dari tadi."

Radya lekas menoleh karena kebetulan Ojan memang duduk tepat di sebelahnya. Ia mengembuskan napasnya sejenak, kemudian menjawab, "Gue ada janji sama kenalan gue jam empat nanti, tapi ini kelas lama amat dah, beresnya. Bisa-bisa batal dapat job baru nih, gue."

"Job apaan?"

"Manggung, Jan."

"Lah? Pindah haluan lo sekarang?"

Decakan kembali terdengar. Radya menatap Ojan dengan malas. "Ya elo ngapain pake nanya segala, dah? Udah jelas-jelas sumber cuan gue dari dulu cuma dari satu bidang."

"Hadeh, maksud gue tuh, job kali ini untuk acara apaan, Rad? Wedding? Prewed? Birthday? Atau apa?"

"Yang jelas makanya kalau nanya." Ada jeda sejenak. "Kali ini engagement, tapi gue belum tau gimana detailnya, makanya gue mau ketemu dulu sama yang nawarin job."

Dua hari lalu, teman SMP Radya yang bernama Jonas tiba-tiba saja menghubunginya setelah cukup lama tak bersua. Mulanya mereka hanya berbincang-bincang santai, saling menanyakan kabar dan membicarakan beberapa hal setelah akhirnya punya kesempatan untuk melakukannya. Kemudian, Jonas bertanya perihal Radya yang memiliki pekerjaan sampingan di bidang fotografi.

Barulah Jonas menyampaikan maksud utamanya menelepon Radya karena ia rupanya tengah membutuhkan jasa fotografer dan videografer. Dan untuk pembahasan lebih lanjut, akhirnya mereka pun merencanakan pertemuan yang jatuh pada hari ini, pukul empat sore nanti.

Radya tentu senang bukan main sebab ia masih menemukan orang yang membutuhkan jasanya. Oleh karena itu, Radya tak butuh berpikir panjang untuk menyetujui pertemuan tersebut. Namun, Radya benar-benar tak ingat kalau hari ini ada kelas siang yang akan berakhir pada pukul tiga, sementara titik temu yang Jonas sebutkan nyatanya berjarak cukup jauh dari Universitas Santosha. Itulah mengapa Radya tidak bisa tenang sejak tadi.

"Lo emang paling semangat kalau urusannya sama duit ya, Rad. Giliran kuliah aja kerjaannya malah molor terus di kelas, tapi paling rajin buat gunain jatah absen." Ojan kemudian berdecak-decak sembari menggeleng-gelengkan kepala. "Tapi, Rad, lo nggak pernah ada niatan gitu, buat bagi hasil kerja keras lo sama gue? Nggak usah yang mahal-mahal lah, mie yamin Pak Abun semangkok aja udah seneng gue."

Through the Lens [END]Where stories live. Discover now