📷 chapter t w e n t y t h r e e

1.3K 178 23
                                    

Sebetulnya Alsa tak tahu ke mana Radya akan membawanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sebetulnya Alsa tak tahu ke mana Radya akan membawanya. Radya memang tak ada bilang apa pun soal itu, dan Alsa baru menyadarinya kala ia sudah berada di dalam mobil. Memang, Alsa bisa saja bertanya langsung. Tapi masalahnya, sudah hampir setengah jam berlalu dan keduanya hanya ditemani oleh suara musik yang sengaja dinyalakan guna mengusir hening. Radya betah menyetir dalam diam, begitu pula dengan Alsa yang masih dilanda oleh kecanggungan hebat.

Alsa kemudian kembali memegang tangan kanan seraya digigitnya bibir bawah. Ia sungguh tak mengerti apa yang telah merasuki dirinya sehingga ia berani membiarkan telapaknya menyentuh dahi Radya begitu saja. Alsa sudah kepalang khawatir hingga ia tak sempat berpikir panjang. Dan tanpa diduga, Radya justru mengartikannya sebagai sesuatu yang lain.

Namun, Alsa sungguh tak mengerti apa maksud perkataannya. Alsa mungkin bisa paham kalau Radya menganggap Alsa tak punya perasaan apa pun padanya sebab laki-laki itu memang tidak tahu. Tapi, apa maksudnya dengan ia yang tak ingin bernasib sama seperti seseorang? Siapakah orang yang dimaksud? Memangnya, Alsa pernah melakukan apa?

Semakin lama dipikirkan, Alsa kian tak bisa mengenyahkan hal tersebut dari kepala, dan tentu akan terus begitu kalau ia tak segera menemukan jawabannya.

Di sisi lain, Alsa juga ingin Radya tahu bahwa rasa cemasnya betul-betul nyata dan bukanlah sesuatu yang tidak ada artinya. Namun, mustahil kalau ia langsung berkata yang sejujurnya, 'kan?

Pada akhirnya Alsa pun hanya dapat mengembuskan napas berat, entah untuk yang ke berapa kalinya. Hanya saja kali ini ia memberanikan diri untuk menoleh pada laki-laki di sampingnya.

Pandangan Radya hanya fokus pada jalanan di depan. Tak ada raut apa pun yang tertampil selain keseriusan. Seperti yang telah Alsa dapati sebelumnya, wajah laki-laki itu tampak agak pucat dengan kantung mata yang sedikit tebal. Rambut hitamnya yang nyaris melebihi telinga hanya disisir secara asal-asalan. Pakaian yang dikenakannya bahkan terlihat santai, tak jauh berbeda dengan penampilan sehari-harinya saat kuliah.

Kendati demikian, Alsa harus akui kalau Radya tetap saja terlihat attractive di matanya. Dan, Alsa masih tak percaya bahwa laki-laki ini adalah orang yang lebih memilih untuk memprioritaskannya dibanding hal lain.

"Lo mau ngomong sesuatu?"

Tanpa mengalihkan fokusnya, Radya tiba-tiba saja bersuara, membuat Alsa sontak tersadar atas apa yang baru saja ia lakukan dan buru-buru membuang muka. "Ng-nggak, Bang."

"Terus, ngapain ngeliatin gue kayak gitu?"

Alsa menggigit bibir bawahnya. Karena sudah terlanjur ketahuan, ia pun akhirnya memilih untuk kembali menengok pada Radya. "Gue cuma pengen nanya ... sebenernya ini mau ke mana, Bang?"

"Oh." Kemudian, Alsa mendapati salah satu bibir Radya terangkat. "Nanti juga lo tau sendiri."

"... bukan ke tempat yang aneh-aneh, 'kan?"

Through the Lens [END]Where stories live. Discover now