📷 chapter t w e n t y f o u r

1.2K 178 12
                                    

Area berikut yang akan mereka jamahi adalah Lorong Antasena, merupakan wahana yang merujuk pada terowongan bawah air sepanjang delapan puluh meter dengan pijakan eskalator otomatis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Area berikut yang akan mereka jamahi adalah Lorong Antasena, merupakan wahana yang merujuk pada terowongan bawah air sepanjang delapan puluh meter dengan pijakan eskalator otomatis. Kala menyusurinya, pengunjung dapat menikmati sensasi berada di kedalaman osean dengan ditemani oleh berbagai spesies biota laut yang berenang-renang bebas pada kolam besar yang berada persis di atas terowongan. Tempat ini pun tentunya menjadi spot paling ikonik yang dianggap instagramable.

Oleh karena hal tersebut, orang-orang yang gemar berfoto pasti akan memanfaatkan momen guna menambah koleksi dalam galeri, termasuk pula Radya yang Alsa amati selalu sibuk dengan kameranya sejak tadi. Gadis itu sempat sebal sendiri karena ia merasa Radya abai terhadap keberadaannya, tetapi kemudian ia sadar bahwa sebelum itu, ia pun terlalu fokus dengan apa yang ada di sekitar sebab ini merupakan pengalaman pertama baginya.

Alsa lantas menoleh pada Radya yang berada tepat di belakang. Radya tampak tengah mengarahkan kamera pada satu titik, sampai tiba-tiba saja benda itu bergerak dan malah tertuju padanya. Alsa dengan sengaja tak mengalihkan pandangan. Ia bahkan mengira Radya akan segera menekan tombol shutter. Namun, laki-laki itu tak melakukan apa pun selain menurunkan kamera, hingga lensa yang terarah pada Alsa kini hanyalah sepasang netra gelap miliknya.

Barulah saat itu Alsa membuang muka secara natural, sedikit malu karena sempat terlalu percaya diri. Sejujurnya ia pun heran karena sejak tadi, Radya selalu menjadikan apa pun yang ada di sekitar sebagai objek fotonya, tetapi tidak dengan Alsa. Apakah mungkin Radya tak menganggapnya menarik untuk hadir dalam kameranya?

"Udah puas liat-liatnya?" Sebuah pertanyaan tanpa diduga terlontar dari mulut Radya.

Alsa menoleh sekilas, lantas mendengkus pelan. "Udah puas foto-fotonya?" sang gadis balik bertanya, dan ia sedikit terkejut karena nada yang dihasilkan malah agak ketus. Ia pun lekas menengok sepenuhya pada Radya dengan takut-takut.

Sebuah senyum miring sudah terbit di bibir laki-laki itu, lalu ia pun menyahut, "Ya bilang dong, kalau lo nggak suka gue cuekin."

Kedua mata Alsa pun seketika melebar. "Maksud gue bukan gitu, ish."

"Oh ya? Tapi muka sama suara lo menggambarkan kayak gitu, tuh."

"Nggak."

"Iya."

"Nggak, Bang."

Kali ini Radya geming sejenak, dan tanpa disangka ia memutuskan untuk mengalah saja. "Ya udah kalau nggak." Ia lalu mengembuskan napas seraya kembali memandang ke sekeliling. "Sori, kalau emang kesannya gue nyuekin lo. Habisnya di sini menarik banget, dan terakhir kali gue ke sini gue bahkan belum ngerti apa-apa soal kamera."

Pernyataan Radya rupanya berhasil mengundang rasa penasaran Alsa hingga kekesalan yang sempat timbul sebelumnya pun lenyap begitu saja. Ketika Radya menawarkan topik obrolan baru, tentu tak mungkin Alsa abaikan begitu saja. Maka dari itu, seraya menyusuri lorong dengan kaki-kaki yang dibiarkan berpijak pada eskalator otomatis, Alsa ingin mencoba sedikit mengenal lebih jauh sang lelaki.

Through the Lens [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang