📷 chapter s e v e n

2K 232 1
                                    

Alsa meregangkan tubuhnya usai dosen mata kuliah Bahasa Indonesia mengakhiri pertemuan hari ini tepat pada pukul empat sore

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Alsa meregangkan tubuhnya usai dosen mata kuliah Bahasa Indonesia mengakhiri pertemuan hari ini tepat pada pukul empat sore. Kedua matanya yang semula terasa berat akibat rasa kantuk yang menyerang dengan hebat mendadak terasa segar kembali. Alih-alih membereskan binder serta alat tulis yang tergeletak di atas meja lipat, gadis berambut sebahu itu justru lekas mengambil ponsel guna memesan Gojek.

Sore ini Alsa merasa sangat bersemangat sebab tidak ada jadwal rapat inaugurasi sehingga ia bisa langsung pulang ke rumah. Beberapa temannya mungkin akan menggunakan kesempatan itu untuk melepas penat, tetapi tidak bagi Alsa yang jarak rumahnya dengan kampus terbilang cukup jauh. Maka dari itu, sebisa mungkin Alsa ingin sampai di kediamannya sebelum malam menjemput.

Yah, sejak Alsa resmi menjadi seorang mahasiswi yang disibukkan oleh kegiatan perkuliahan serta organisasi, ia memang jarang sekali dapat pulang cepat hingga hal tersebut menjadi sebuah kesempatan yang langka. Jadi, tidak salah, 'kan, jika Alsa jarang ikut berkumpul bersama teman-temannya di luar kampus?

"Langsung pulang, Sa?" tanya Kania yang sudah bingkas dari kursinya dan tahu-tahu sudah berada di dekat Alsa. Namun, tampaknya ia sendiri sudah tahu jawabannya karena penglihatannya dapat menangkap apa yang tertampil di layar ponsel Alsa. "Yah ya udah, deh. Tadinya gue pengen minta lo temenin ke supermarket yang di deket perempatan padahal."

Alsa kontan berdecak. "Kebiasaan banget sih lo, suka ngedadak ngomongnya." Ada jeda sejenak. "Eh, tapi, gue tetep milih buat langsung pulang, sih, mumpung nggak ada rapat ini. Emang lo mau beli apaan lagi, Kan, di supermarket?"

"Ya biasalah, belanja bulanan buat kebutuhan di kosan."

"Loh, seinget gue, bukannya udah tiga hari lalu? Kok udah belanja lagi?"

"Nggak jadi, Sa, soalnya duit yang mau gue pake buat belanja malah ketinggalan," sahut Kania sembari menampakkan cengirannya. "Gue udah keburu mager kalau bolak-balik, dan besok-besoknya nggak sempet ke sana lagi, makanya baru bisa sekarang, deh."

Mendengarnya pun membuat kedua bola mata Alsa berputar malas. "Dasar, ada-ada aja lo, Kan." Sejenak Alsa melanjutkan pemesanan Gojek dan mulai membereskan barang-barangnya. "Sori ya, gue nggak bisa nemenin. Belanja sendiri juga pasti bisa 'kan, lo?"

"Ish, bukan masalah bisa atau nggaknya kali, Sa. Sendiri tuh nggak enak, nggak ada temen ngobrolnya, tau."

"Dih, kayak lo bakal ngajak gue ngobrol aja nanti. Waktu itu aja lo bener-bener fokus belanja sampe-sampe gue dicuekin."

"Ah, masa sih, Sa? Kayaknya itu elonya aja yang merasa dicuekin. Gue kan, suka minta saran lo juga, tuh, pas milih barang."

Tadinya Alsa ingin segera memberi balasan lagi. Namun, ia lekas tersadar bahwa perdebatan tersebut tak ada gunanya bila diteruskan. Lagipula, saat ini Alsa harus bergegas pergi ke gerbang depan kampusnya karena supir Gojek yang ia pesan sudah dalam perjalanan menuju Universitas Santosha. Dan pada akhirnya, pembahasan itu pun berhenti di Kania.

Through the Lens [END]Where stories live. Discover now