📷 chapter t w e n t y t w o

1.2K 174 13
                                    

Ajakan kencan secara tiba-tiba dari Radya tentu membuat Alsa terkejut bukan main--meski ia tak begitu memperlihatkan lewat balasan-balasan yang dikirimkannya pada laki-laki itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ajakan kencan secara tiba-tiba dari Radya tentu membuat Alsa terkejut bukan main--meski ia tak begitu memperlihatkan lewat balasan-balasan yang dikirimkannya pada laki-laki itu. Apa yang telah Radya lakukan akhir-akhir ini serasa terlalu mustahil bagi Alsa yang sebelumnya hanya mampu memerhatikan Radya dari kejauhan tanpa tahu bagaimana harus bertindak. Namun, tampaknya semesta justru sudah menyiapkan alur yang tak terduga.

Selama dua jam, sesuai dengan waktu yang Radya berikan, Alsa pun sibuk berpikir dan menimbang-nimbang apakah ia harus menerima tawaran tersebut atau tidak. Inginnya Alsa langsung menjawab iya, tetapi ada beberapa hal yang terus saja menganggu pikirannya.

Mengingat ia yang jarang sekali bepergian sendiri saat weekend, lantas bagaimana Alsa harus memberi tahu kedua orangtuanya serta Ravin? Lalu, oleh sebab Radya sudah sempat bertemu Mama dengan memperkenalkan dirinya sebagai senior Alsa di kampus, bukankah mereka akan curiga jika melihat Radya datang untuk menjemput sang gadis? Dan juga, karena ini adalah yang pertama kali bagi Alsa, lalu bagaimana Alsa harus bersikap saat berkencan dengan seseorang yang notabenenya memang disukainya?

Sungguh, Alsa benar-benar dibuat kebingungan memikirkannya. Ingin meminta saran dari Kania, tetapi kawannya yang satu itu justru akan heboh sekali mendengar kabar tersebut--karena Alsa memang belum sempat memberi tahunya.

Namun, di menit-menit terakhir, pada akhirnya Alsa putuskan untuk menerima tawaran Radya. Sebab bukankah Alsa sendiri yang telah menantang Radya menunjukkan keseriusannya? Lantas mengapa Alsa justru memikirkan banyak alasan sebagai bakal bentuk penolakannya?

Alsanira, jangan bertindak bodoh. Ini justru kesempatan emas buat lo!

Suara dari dalam diri Alsa pun semakin membuat ia yakin terhadap pilihannya, dan setelahnya ia pun memberi jawaban pada Radya yang telah menungguinya.

Dan, pada keesokan harinya, diketahui Alsa telah menghabiskan waktu kurang lebih satu jam hanya untuk memilih outfit yang akan dikenakannya. Alsa betul-betul tak tahu harus berpakaian seperti apa saat kencan pertama. Ia pun tak mau terlihat mencolok sebab tak ingin menambah kesan buruk di mata Radya, juga agar keluarganya tidak menaruh curiga.

Tapi, pertanyaannya: apakah Alsa akan memberi tahu mereka bahwa ia akan pergi berdua saja bersama seorang lawan jenis?

Oh, tentu saja tidak.

Karena semuanya masih belum pasti, Alsa pun tak ingin terburu-buru mengatakannya. Maka dari itu, Alsa terpaksa harus memikirkan bentuk kebohongan seperti apa yang akan langsung dipercayai oleh mereka, serta meminta Radya agar tidak menjemputnya langsung ke rumah.

Usai siap dengan segalanya, Alsa kemudian mengembuskan napas dalam-dalam sebelum keluar dari kamar. Pemandangan pertama yang ia tangkap adalah Ravin yang merebahkan diri di sofa dan tengah sibuk bermain game di ponsel. Sementara itu Alsa mendapati Mama berada di dapur kala ia menangkap suara-suara dari arah sana. Papa sendiri tak terlihat di mana pun, mungkin sedang berada di kamar, atau bisa juga pergi memancing bersama para tetangga seperti yang biasa dilakukannya saat libur.

Through the Lens [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang