📷 chapter t h i r t y t w o

1K 169 41
                                    

Lalu lintas perlahan-lahan mulai kembali lancar sehingga membuat Radya harus fokus menyetir

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Lalu lintas perlahan-lahan mulai kembali lancar sehingga membuat Radya harus fokus menyetir. Namun, semestinya hal itu tidak dapat menghentikannya untuk bersuara. Alsa menjadi tak tenang sendiri sebab laki-laki itu belum juga memberikan respons. Beberapa pikiran negatif pun mulai menyambangi, seperti: Apakah Radya mendadak berubah pikiran? Apakah saat itu Radya tidak sungguh-sungguh mengatakannya? Apakah ... Radya hanya ingin bermain-main dengannya?

Nggak mungkin, Alsa lekas menyanggah dalam hati. Setelah semua hal yang mereka lewati bersama, Alsa cukup yakin bahwa Radya merupakan tipe orang yang takkan mau repot merelakan waktu hanya untuk hal-hal yang tidak berguna.

Lantas, Alsa yang tak tahan dengan kesunyian di antara mereka ditambah pula rasa penasaran yang membengkak, pada akhirnya ialah yang lebih dulu membuka percakapan kembali.

"Bang," panggil Alsa. Ditatapnya Radya tanpa ragu sedikit pun. "Lo kok jadi diem aja? Gue nungguin lo ngomong dari tadi, tau."

Laki-laki di balik kemudi itu menengok sekilas. Raut pada wajahnya tak terdefinisikan. Lalu kepalanya kembali terarah ke depan bersamaan dengan karbondioksida yang lolos dari mulutnya. "Sori. Gue cuma kaget karena lo mendadak bahas soal itu," aku Radya. "Ini jauh lebih cepat dari yang gue bayangkan, asal lo tau."

Alsa mendengkus pelan. "Akhirnya lo ngerasain apa yang gue rasain waktu itu."

"Lo balas dendam, huh?"

"Emangnya lo merasa dirugikan?"

"... nope. Itu bahkan bukan sesuatu yang buruk." Radya menjeda selama beberapa saat. Laki-laki itu tampak ingin mengatakan sesuatu, tetapi wajahnya terlihat tak nyaman seolah ia tidak ingin membahasnya. Alsa hendak bertanya, sebelum pada akhirnya ia kembali membuka mulut untuk bersuara. "Tapi, sebelum itu, soal semalam ...."

Barulah kini Alsa mengerti kendati Radya membiarkan kalimatnya menggantung begitu saja. Nyatanya Radya memikirkan soal itu dan berniat menjelaskan. Tapi masalahnya, laki-laki itu enggan mengungkit masa lalu yang tentu berpotensi besar akan membuka luka lama. Maka dari itu, sebab telah paham dengan situasinya, Alsa pun melayangkan tatap lekat pada Radya dan berujar, "Iya, gue tau itu mantan lo. Dan bohong kalau gue bilang gue nggak kepikiran. Tapi, sekarang ini gue berusaha buat nggak peduli sama masa lalu lo dan lebih fokus sama keadaan sekarang."

Kontan saja Radya menengok saat Alsa mengatakannya, walaupun tak bertahan lama sebab ia masih harus fokus pada jalanan di depan. Sesaat ia hanya tergeming, sedikit tak menyangka dengan apa yang baru saja didengarnya. Kemudian ia pun membalas, "Lo serius?"

"Iya, serius," jawab Alsa tanpa perlu pikir panjang.

"Udah bener-bener yakin?"

"Yakin."

"Kata-kata lo nggak bisa ditarik, jadi sekali lagi gue tanya." Tepat pada saat itu, lampu merah tampak di depan mata sehingga Radya menginjak rem hingga mobilnya berhenti di antara kendaraan lainnya. Ia pun kini dapat berhadapan sepenuhnya dengan Alsa. Sorotnya yang melembut pun mengunci sang gadis. "Alsanira ... lo mau nerima gue jadi pacar lo?"

Through the Lens [END]Where stories live. Discover now