📷 chapter f i v e

2.5K 234 3
                                    

"Alsanira! Kenapa lo bisa telat lagi, sih?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Alsanira! Kenapa lo bisa telat lagi, sih?"

Adalah kalimat pertama yang Alsa dengar ketika ia menjawab panggilan telepon dari Kania saat dirinya baru saja menginjakkan kaki di lantai satu gedung FIKOM. Alih-alih memberi jawaban, gadis berambut hitam sebahu itu telah lebih dulu mendapati lift tengah terbuka sehingga ia pun lekas menggerakkan kaki-kakinya untuk masuk ke sana agar tak perlu menunggu lagi.

Alsa kemudian menekan tombol angka empat kala pintu lift tertutup. Setelahnya ia bergerak ke sudut sembari mengatur napasnya sejenak. "Tadi gue lama banget dapet Gojek-nya, Kan, udah gitu bannya malah bocor lagi pas di tengah jalan. Ah, sial banget pokoknya gue hari ini!" Gadis itu menjeda sejenak. "Btw, harusnya sekarang udah masuk, 'kan? Kenapa lo bisa nelpon gue, deh? Pak Yosef nggak masuk emangnya?"

"Aduh, mustahil kalau salah satu dosen terajin itu nggak masuk, Sa," sahut Kania dari seberang sana. "Tapi kebetulan banget nih, belio lagi ke ruang dosen karena ada tamu katanya. Jadi kalau lo bisa sampe ke kelas sekitar sepuluh menit dari sekarang, lo bakal aman deh pokoknya."

"Serius lo? Gue udah di lift kok ini, nggak bakal nyampe sepuluh menit, lah."

"Serius Sinathrya, Sa. Makanya buruan. Udah sampe lantai berapa lo?"

Senyum sumringah langsung terukir di bibir Alsa bersamaan dengan diembuskannya napas lega. "Ternyata gue nggak sial-sial amat." Pintu lift kemudian terbuka. Alsa pun lekas bersiap untuk beranjak, menunggu gilirannya untuk bisa keluar. "Udah di lantai empat, kok. Langsung ke kelas nih, gue."

Selepas Alsa melangkahkan kakinya keluar, ia bergegas pergi menuju ruangan di mana mata kuliah Pengantar Televisi dan Film dilaksanakan. Sambungan telepon telah terputus, Alsa pun memasukkan ponsel pintarnya ke dalam tote bag dengan agak kesulitan karena hanya memakai satu tangan. Satu tangannya lagi sibuk memegangi boks kue berbahan plastik berisi risoles dan pisang nugget yang nantinya akan dijual oleh divisi danus.

Hampir tiba di tujuan, sepasang netra Alsa malah menangkap sosok Jeremy yang tengah berbincang-bincang dengan entah siapa tepat di depan ruangan kelas mereka. Kala Alsa menghampiri Jeremy, orang itu sudah berbalik pergi hingga gadis itu hanya bisa melihat punggung tegapnya saja serta sebuah benda berwarna hitam yang dibawa tangan kanannya.

"Eh, Sa? Akhirnya nyampe juga lo," ujar Jeremy saat ia baru menyadari keberadaan Alsa di depannya.

Alih-alih menyahut, Alsa malah melontarkan sebuah tanya, "Lo habis ngobrol sama siapa, Jer? Kating?"

Jeremy menoleh sekilas ke belakang. "Oh, itu kenalan gue, ke sini buat minjem gimbal. Dia emang kating, sih, dari fakultas sebelah." Tak memberi Alsa kesempatan untuk membalas, Jeremy lekas menaruh kedua tangannya di atas bahu sang gadis dan mendorongnya pelan ke dalam ruangan. "Mending lo buruan masuk dan isi absen, deh, sebelum ketauan Pak Yosef."

Alsa hanya bisa menurut saja karena perkataan Jeremy memang benar adanya.

Sesampainya di dalam ruangan, Alsa lebih dulu menyerahkan boks di tangannya kepada Reina--sang ketua divisi danus--sebelum menghampiri meja dosen dan cepat-cepat membubuhkan tanda tangan di samping namanya dalam daftar kehadiran yang tergeletak di sana. Beruntungnya nyaris semua rekan-rekan sekelas Alsa mendukung tindakannya tersebut walaupun sejatinya tak pantas untuk ditiru.

Through the Lens [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang