📷 chapter t h i r t y

1.1K 155 6
                                    

"Pendaftaran kepanitiaan buat event bulan Februari dah dibuka tuh, Rad

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Pendaftaran kepanitiaan buat event bulan Februari dah dibuka tuh, Rad. Lo bakal join, kagak?" adalah hal pertama yang Ojan sampaikan ketika ia baru tiba di ruang kelas untuk mata kuliah pertama. Ojan segera menempati satu kursi kosong tepat di sebelah Radya, lantas melepas tas dan menaruhnya di atas meja.

Radya yang tengah fokus pada ponsel hanya menoleh sekilas. "Gue kagak daftar pun ujung-ujungnya pasti diseret juga," ujar laki-laki itu acuh tak acuh. Kedua matanya masih setia menatap layar yang menampilkan ruang obrolannya dengan Alsa. Pesan terakhir yang Radya kirimkan adalah pemberitahuan bahwa dirinya berada di lokasi tempat pelaksanaan Dies Natalis. Bermenit-menit ia sibuk memikirkan apa yang harus dikatakannya pada Alsa setelah apa yang terjadi semalam.

"Dan begonya, nggak pernah lo tolak," tembak Ojan, tepat pada sasaran. "Lulus dari sini lo malah jadi sarjana pubdok yang ada, Rad."

"Ya kali, Jan." Radya mendengkus pelan. Pada akhirnya ia menyerah dan mematikan layar ponsel begitu saja. Ia tarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan, "Ada masanya gue nggak bakal mau terlibat lagi sama semua kegiatan organisasi. Sekarang gue cuma mau puas-puasin dulu aja. Mungkin mulai semester depan? Seperti yang lo tau, bentar lagi kita udah harus fokus sama magang, KKN, dan skripsi. Gini-gini juga gue tetep pengen lulus tepat waktu, kali."

Ojan menggeleng-geleng, berpura-pura takjub. Sesungguhnya ia pun sudah tahu bahwa Radya memang tetap serius dengan kuliahnya kendati suka bolos dan beberapa tahun ke belakang kawannya yang satu itu begitu fokus dengan berbagai kegiatan organisasi kampus. "Kalau gitu, lo bisa stop dari sekarang. Nggak usah daftar kepanitiaan. Jangan gampang nerima tawaran," Ojan memberinya saran. "Jadi anggota pasif nggak akan nambah dosa."

Radya hanya menanggapi dengan gumaman malas. Dalam hati, ia segera menampungnya sebab apa yang Ojan katakan memang akan berpengaruh dalam sisa waktu perkuliahannya yang hanya tinggal dua tahun saja.

"Tapi, omong-omong, Rad," lanjut Ojan, "semalam lo ... nonton pas Karen tampil?"

Sontak Radya tertegun. Perubahan topik tersebut terlalu mendadak, terlebih lagi karena nama perempuan yang disebutkan oleh Ojan. Nama yang sejatinya tak ingin ia dengar lagi sampai kapan pun. "Kenapa?" tanya Radya datar.

"Ya nggak papa sih ... cuma," Ojan sejenak mengeluarkan ponsel dari dalam tas, lalu dibukanya aplikasi Instagram, "berhubung gue masih nge-follow dia, semalam gue liat story-nya. Nih, mending lo liat sendiri, dah."

Ojan menyerahkan ponsel pada Radya. Layarnya menampilkan sebuah video di singkat di mana Karenina Gunawan tengah menghapus make up usai tampil di panggung seraya melakukan QnA. Dalam video tersebut, satu pertanyaan yang disampaikan oleh netizen berbunyi, "Kak, tadi mantan lo nonton lo tampil. Lo liat nggak?" Kemudian, Karen dengan raut polos--atau sok polosnya, menjawab, "Hmm, ini mantan gue yang mana ya, yang lo maksud? Well, gue kebetulan nggak liat karena tadi penontonnya juga banyak banget, 'kan, seperti yang kalian tau. So ... how can I find him?"

Through the Lens [END]Where stories live. Discover now