F i f t y T h r e e

1.2K 89 68
                                    

Berjam-jam telah berlalu, dan pestanya pun berlangsung sesuai harapanku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Berjam-jam telah berlalu, dan pestanya pun berlangsung sesuai harapanku. Dari satu sesi acara ke acara berikutnya. Dari katedral yang dipenuhi sejarah berpindah ke ballroom hotel Plaza yang dipenuhi kemewahan.

Pada awalnya, Luke sukses besar mengalahkan ketenaran Michael. Sering diperbincangkan dan selalu diminati para tamu wanita sebelum akhirnya—William beraksi.

Karena hanya menerima laporan tentang William yang akan menyumbangkan satu pertunjukan tanpa mengetahuinya secara detail, aku tercengang hebat melihat bagaimana dirinya menari erotis di tengah lantai dansa.

Terlebih dia telah—brengsek. William mencuri tradisi pernikahan yang seharusnya dilakukan Michael pada Gabriel.

Ditemani alunan musik yang cukup panas, William membawa sebuah kursi lalu menarik Nancy untuk duduk di kursi tersebut. Begitu menampilkan beberapa gerakan yang nyaris membuat para wanita menelan air liurnya, William pun melepaskan garter Nancy menggunakan giginya.

Habislah sudah sahabatku itu.

Sembari menikmati sepotong kue, aku berdiri menjauhi keramaian bersama Braden dan John. Dengan sengaja memerhatikan aksi William dari tempat yang paling jauh dari orang-orang. Meski dengan jarak beberapa meter saja, aku harus menahan tawa menyaksikan ekspresi Nancy.

Aku begitu yakin wajahnya memerah bukan karena malu, melainkan karena bergairah.

"Tontonan yang menarik," ucap John di sampingku. Menanggapi aksi William dengan cemoohan.

Berbeda dengan Braden yang berdiri lebih dekat denganku, dia berdesis tanpa minat. "Tontonan yang mengerikan."

"Tak ada tontonan menarik atau tontonan mengerikan dalam pesta pernikahanku saat itu." Kulirik Braden yang ternyata sudah menatapku entah sejak kapan.

Alih-alih menahan efek dari tatapan tajamnya, aku malah mencibirnya. "Sayang sekali."

"Pada saat itu, William belum bertemu dengan Nancy. Gabriel belum menerima perasaan Michael." Braden menunjuk John menggunakan wajah. "Dan John tak memiliki partner. Sekalipun punya, aku ragu dia sudi melakukan tradisi itu untukku."

Jawaban panjang Braden yang terbungkus sindiran pada temannya, memicu tawa rendah John. "Kenapa harus kami yang melakukannya? Tradisi aneh itu bisa kau lakukan jika mau."

"Masalahnya, aku tidak mau," jawab Braden datar.

Aku mendengkus sinis. "Aku juga."

John menggeleng tak percaya, menyadari gencatan senjata kami. Tapi dia tak berkomentar apa-apa, hanya bergumam sembari mengambil langkah. "Sebaiknya, aku pergi."

Bagus. Sikap John yang tak mau ikut campur selalu mempermudah situasi. Hanya saja, aku pun sedang tidak berminat berduaan dengan Braden.

Ketika pramusaji melewati kami, kusimpan piring kosong sebelum beranjak berdiri di depan Braden. Tak suka memamerkan gencata senjata kami pada orang-orang, aku berlagak saat melingkarkan kedua tangan ke lehernya.

William Hilton - Hot Player [Complete]Where stories live. Discover now