T h i r t e e n

38.1K 2.4K 434
                                    

Apa yang kau pikirkan ketika mendengarkan nama-nama yang akan kusebutkan?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Apa yang kau pikirkan ketika mendengarkan nama-nama yang akan kusebutkan?

Angelina memiliki pertanyaan khas yang selalu diajukan padaku.

Dia pernah menanyakan apa yang kupikirkan tentang Mattio, Dante, Kyler, dan masih banyak lagi nama-nama pria. Salah satunya mantan kekasihku, Max Tyler. Aku selalu berpikir melebihi yang seharusnya. Mendeskripsikan kakak-kakakku, kakak Maria, atau para pria yang Angelina sebutkan dengan banyak kata.

Dan jika Angelina mengajukan pertanyaaan—apa yang kupikirkan ketika mendengar nama William Hilton. Maka, aku tidak memiliki banyak kata yang bisa diucapkan.

"Sebagian diriku yakin bahwa William sama saja dengan bajingan di luar sana bahkan rasanya dia lebih bajingan dari pria mana pun. Namun sebagian diriku yang lain menyadari bahwa dia—berbeda? Jauh lebih menyenangkan? Ahli memancing diriku yang sebenarnya? Atau yang berhasil membuatku kecanduan akan dirinya?"

Yang benar saja. Itu terlalu panjang. Akan kucoba persingkat.

"William sejenis bajingan yang selalu menghargai wanita."

"William itu bagai musim panas yang selalu membuatku gerah dan ingin melepaskan pakaian."

"William itu orang yang solid meski tak benar-benar solid pada keluarganya."

Yang benar saja. Itu bukan sebuah jawaban melainkan berbagai pujian yang tak seharusnya kusebutkan karena terlalu berlebihan. Orang yang mendengarnya akan beranggapan bahwa aku tergila-gila padanya.

Lebih baik kuubah.

"William baru mengenalku tapi terkesan seakan mengenalku sepanjang hidupnya."

"William memuja payudaraku. Amat menghargai tubuhku meski terdapat banyak kekurangan."

"William selalu menatapku dengan tatapan seolah aku satu-satunya wanita cantik di dunianya."

Yang benar saja. Berlebihan, sangat berlebihan. Orang yang mendengarnya akan beranggapan bahwa diriku terlampau sinting. Bajingan sesempurna William tak mungkin tergila-gila padaku sampai ke titik itu.

Kugelengkan kepala, menjernihkan pikiran dari semua omong kosong itu. Duduk nyaman di area merokok, aku mengepul asap sembari mengamati pintu gedung utama Hilton Market. Menunggu seseorang muncul dari sana. Angin dingin berubah menghangat, menyambut musim semi yang akan datang sebentar lagi. Aku tidak kedinginan, lebih merasa kepanasan. Tapi bukan karena matahari senja di atas sana melainkan karena berbagai bayangan yang sedang menghantui.

Berada di tengah keramaian tanpa menggunakan apa-apa selain mantel dan sepasang pakaian dalam minim, membuat otakku melayang pada seorang pria di dalam sana.

Sudah dua akhir pekan yang kulewati bersama William, dan sekarang akhir pekan ketiga kalinya yang dilalui. Kami sepakat bertemu saat makan siang. William mengajakku ke suatu tempat untuk bereksperimen, tapi aku menolak. Malah mengajaknya ke Hilton Market karena berniat melakukan lebih dari sekadar seks.

William Hilton - Hot Player [Complete]Where stories live. Discover now