T h i r t h y T w o

15.4K 1.9K 328
                                    

Terpaku menatap layar ponsel, kuingat jelas pertemuan kami di pemakaman tadi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Terpaku menatap layar ponsel, kuingat jelas pertemuan kami di pemakaman tadi. Kami hanya saling menyapa singkat, bahkan nyaris tak membangun percakapan. Di kala situasinya berubah kacau, Gionna maupun diriku masih tidak berminat untuk mendekatkan diri.

Sekitar lima belas menit lebih, aku memikirkannya sebelum mengambil keputusan. Tidak seantusias mengirim pesan pada Zachary, kuketik balasannya dengan malas.

Bertemu di Ivy Kitchen and Cocktails sekarang. — Nancy Maxwell.

Aku tidak bisa, masih menemani Max di rumah sakit. — Gionna Lopez.

Sekarang atau tidak sama sekali. — Nancy Maxwell.

Kau masih saja menyebalkan dan banyak memerintah seperti biasanya. Kita bertemu setengah jam lagi. — Gionna Lopez.

Membiarkannya terlalu lama pun, tak benar-benar baik. Cepat atau lambat, aku harus menghadapinya.

Tak berniat meladeni cemoohannya, aku mematikan layar ponsel lalu bersiap-siap. Langit sudah menggelap ketika aku keluar penginapan, memasuki mobil yang berada di halaman depan.

Sebenarnya, agak menyebalkan. Aku datang bersama dua pria favoritku, Mattio dan William, tetapi tak ada satu pun yang menemaniku sekarang.

Baiklah. Tidak ada gunanya terus merengek. Selain mereka yang harus menyelesaikan urusan masing-masing, aku pun memiliki urusanku sendiri.

Setelah menguatkan diri, kubawa mobil menuju restoran yang tidak begitu jauh dari penginapan. Karena Gionna belum datang, aku memesan segelas cocktail lebih dulu. Gionna muncul tak lama kemudian, sama-sama langsung memesan.

Kami tidak saling sapa, hanya bersitatap saja.

Gionna duduk di seberangku, terbalut pakaian yang sangat dirinya. Mencolok dan mewah, layaknya wanita sosialita. Bahkan aroma parfumnya begitu semerbak. Dia pun mengamatiku dengan seksama. Jelas penampilanku jauh berbeda. Menggunakan kaos crop, jeans pendek, dan sandal, aku lebih terlihat seperti wanita rumahan daripada wanita sosialita.

Beginilah sejak dulu. Sekalipun bersahabat dalam jangka waktu sangat lama, kami selalu tampak berbeda. Entah cara berpenampilan, cara berpikir, maupun cara bersikap.

Aku tidak pernah menemukan kesamaan selagi bersama Gionna terkecuali satu hal. Yaitu tentang kami yang terlahir dari keluarga terpandang. Lain hal dengan Maria. Lain pula ketika bersama Gwen. Aku selalu menemukan kesamaan pada diri mereka meski hal sederhana.

Kata lainnya. Sejak awal, aku dan Gionna memang tidak cocok.

Pertunangannya dengan Max menjadi bukti yang paling otentik. Bahkan dia tak ingin repot berbasa-basi menanyakan kabar layaknya sahabat ketika membuka perbincangan. "Apa yang sebenarnya terjadi antara Max dan kekasihmu?"

Menatapnya lekat-lekat, aku menjawab datar. "Aku tidak tahu."

Mata hijau Gionna agak melototiku saat mengerang kesal. "Astaga! Kekasihmu nyaris membunuh tunanganku!"

William Hilton - Hot Player [Complete]Where stories live. Discover now