F i f t e e n

30.6K 2.4K 810
                                    

"Aku belum selesai denganmu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Aku belum selesai denganmu." Nancy mencondongkan tubuh dari kursi penumpang, mencium leherku sementara tangannya menelusuri dada lalu turun ke perutku.

Jam menunjukkan pukul dua pagi dari panel mobil ketika aku memelan kecepatan. Mengemudikan McLaren selalu menciptakan adrenalin tersendiri, terutama di kala tak ada orang yang pernah mengemudikan mobil seksi itu selain diriku sendiri. Akan tetapi, duduk di belakang kemudi dan didampingi Nancy yang bergairah justru menenggelamkanku pada adrenalin itu.

Angin malam menerpa kami. Aku mematung tak berdaya merasakan serbuan berbagai sensasi dari sentuhannya. Tangan itu turun membuka jeansku sebelum membelai kejantananku yang otomatis menegang karenanya.

Dalam bibir terkatup, kugeramkan namanya. "N—"

Lidahnya membelai liar kulitku sementara jemarinya meremas milikku di bawah sana. Brengsek! Ini terlalu luar biasa.

Rasanya aku terperangkap, dibelit sesuatu yang menggiurkan. Aku mengendalikan diri, berusaha berkonsentrasi mengemudi sekaligus menahan semua rasa panas yang menyebar ke tiap inci tubuhku.

Suaraku berupa erangan tertahankan. "Haruskah aku berhenti di suatu tempat atau sekadar menutup atap mobilnya?"

Nancy menggeleng. "Diamlah dan nikmati saja."

Tangannya begitu ahli sehingga aku pasrah menerima kenikmatan itu. Kupertahankan kewarasan, mengambil jalan memutar ke pinggiran kota untuk menghindari lampu lalu lintas supaya tak harus berhenti dan menjadi tontonan orang lain.

"Apakah ada seorang wanita yang pernah melakukan ini padamu?" Bisikan Nancy di tengah angin kencang bagai pemantik yang menyalakan kobaran api dalam tubuhku.

Brengsek! Bahkan aku kesulitan menciumnya sekarang.

Aku menoleh, memberinya kecupan singkat lalu fokus ke jalan raya lagi. Menjawab pertanyaannya dalam erangan penuh damba. "Tidak ada. Tak pernah ada. Kau satu-satunya."

"Bagus." Tawanya bergetar di permukaan kulitku.

Perasaan tajam menyerang, membuat jantungku berdebar tak keruan dalam kubangan hasrat menggilakan. Dia—dia tak ahli memuaskan pria?

Brengsek! Bahkan dia mengambil seluruh kendaliku.

Sentuhan demi sentuhannya membuatku terpedaya dan takjub. Pikiranku itu mengabur seketika tepat saat dia membungkuk untuk mengulum kejantananku.

"Oh sial!" erangku.

Kucengkram kemudi erat-erat. Mengerahkan seluruh kekuatan mempertahankan posisi, juga mempertahankan konsentrasi sementara lidahnya menjilatiku. Gerakan mulutnya lembut meski liar. Tangannya ikut bermain-main disana, mencengkramku lebih liar lagi.

Sempurna. Begitu menggoda sehingga aku tak butuh waktu lama untuk mencapai puncak.

Mengeraskan rahang, aku mengerang rendah. Mataku mengabur melihat jalan raya. Buku jemariku memutih, mencengkeram kemudi selagi merasakan kenikmatan yang meledak.

William Hilton - Hot Player [Complete]Where stories live. Discover now