F o u r t y S i x

18.1K 1.9K 201
                                    

Setelah seaplane menginjak tanah, kuperhatikan Braden, William, Michael, dan John memuat barang-barang yang terbalut kain hitam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah seaplane menginjak tanah, kuperhatikan Braden, William, Michael, dan John memuat barang-barang yang terbalut kain hitam. Tak kuketahui apa yang sebenarnya mereka bawa. Tapi aku belum tertarik, lebih tertarik memastikan sesuatu yang lebih penting.

Menenteng laptop, kudekati Braden yang sedang membawa ransel hitam. "Libatkan aku dalam strategi penyelundupannya. Aku akan ikut kalian masuk ke laboratorium, memastikan keadaan Zachary sekaligus menemaninya keluar Liberto."

Braden tak menjawab, mengambil langkah melewatiku sementara orang-orang sibuk mengambil perlengkapan. Tidak mau menyerah, aku menyusul Braden lalu mengimbangi langkah kaki jenjangnya. "Braden—"

"Temukan kode Liberto secepatnya lebih dulu." Tanpa menoleh, Braden menjawab datar. "Setelah selesai, baru kita bicara lagi."

Sial. Sedari awal, tak ada satupun dari Braden, William, Michael, dan John yang terlihat ingin membawaku sampai ke pulau Runit. Dipikirkan sekilas saja, aku sadar bahwa Braden akan menyuruhku dan Beck berdiam diri di sini.

Aku berlari kecil, menahan Braden dengan berdiri penuh tekad di depannya. "Tak ada keterlibatanku, maka takkan ada kode akses Liberto."

Masa bodo bila Braden menganggapku mengancamnya atau menilai sikap apatisku yang terkesan kekanak-kanakan. Sebuat saja aku sinting karena bertindak seenaknya. Mau bagaimana lagi. Demi Tuhan, aku benci menjadi pihak yang selalu menunggu.

Terlebih setiap proses tahap persiapan beserta tahap perencanaan yang kulakukan di kepulauan Marshall bersama Zachary dan Beck telah memberikan banyak pelajaran untuk bertahan hidup andai itu yang Braden butuhkan dariku saat memasuki medan tempur.

Terlebih lagi—William sudah mengujiku, kan?

Sungguh. Aku merasa teramat siap.

Dan jika harus menunggu kemunculan Oliver Maxwell, maka aku ingin melakukan sesuatu. Tidak sekadar bersembunyi di markas kami. Jika harus menyaksikan penyerangan William dimana dirinya berkemungkinan terluka, maka aku ingin berada di sana. Aku tak bermaksud berlagak melindunginya karena pada kenyataannya, aku justru akan menjadi beban William. Beban mereka juga.

Tapi itu takkan mengubah tekadku.

Aku bersumpah untuk bertahan tanpa bantuan siapapun, yakin bisa melindungi diri.

Aku hanya ingin mengambil bagian dari mereka yang melakukan sesuatu.

Menyadari keteguhan hatiku, Braden mengangguk tanpa keraguan. "Mengerti."

Di kala dirinya akan kembali melangkah, aku menahannya lagi. "Aku belum mendengarnya. Berjanjilah." Kutekan setiap kata. "No fuss no muss, McKinley."

Istilah itu memiliki arti tak perlu repot-repot, tak perlu berbasa-basi, dan tak perlu beromong kosong.

William, Michael, John, dan Beck muncul dari belakang Braden bersama Erich dan Alan yang menyusulnya. Ketiga sahabat Braden jelas tahu apa yang kulakukan, membuat mereka menatapku dengan menyelidik.

William Hilton - Hot Player [Complete]Where stories live. Discover now