T h i r t y

18.4K 2K 521
                                    

Brengsek

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Brengsek. Inilah Nancy. Yang begitu sinting sekaligus amat memikat.

Dan—astaga. Dia seolah akan menelanku hidup-hidup. Api yang membakar dadaku, kini menyebar ke seluruh tubuhku. Teramat panas sehingga aku meleleh tak berdaya.

Entah berapa kali menyaksikan Nancy yang berlutut di hadapanku—melahap kejantananku, menjilatinya sekaligus menghisapnya terus menerus, sungguh, itu bagai fantasi terhebat.

Kugertakan gigi, menahan erangan sembari menyangga ke konter wastafel dengan sebelah tangan. Rasanya cukup sulit untuk tidak mengeluarkan suara, sama sulitnya ketika aku harus tetap tenang menghadapi keluarga Maxwell di meja makan tadi. Terlebih aku benci jika terus melihat seringai Max yang memuakkan.

Beberapa menit lalu, di kala sempat kehilangan kendali dan merasa sedikit panik pada setiap prangsaka, aku berpamitan. Bukan untuk pulang melainkan untuk pergi ke kamar kecil. Atau anggap saja aku butuh ruang untuk melarikan diri meski sementara waktu.

Lalu cukup mengejutkan, Nancy menyusul tidak lama kemudian. Aku sedang membasuh wajah beserta tanganku di wastafel ketika dia mengetuk pintu. Maka—disinilah kami, terkunci dalam kamar kecil. Hanya beberapa meter dari ruang makan dimana keluarga Maxwell berada.

Tak mengeluarkan sepatah kata pun, Nancy langsung memberikan blowjob yang ternyata kubutuhkan. Dia mencoba memperbaiki apa yang salah di antara kami dengan menerjangku tanpa memedulikan apapun. Sudah jelas aku menerimanya, senang akan apa yang dilakukannya dan sempat ingin mengerang keras agar didengar orang-orang di luar sana.

Malangnya, aku terlalu menghormati orang tua Maxwell. Terutama Fallon Maxwell.

Lebih malang lagi di detik sapuan lidahnya, yang terasa seperti beludru lembut telah mengirimkan sejenis kenikmatan dahsyat ke sekeliling kejantananku, aku malah kehilangan kewarasan. Kobaran api mendominasi sehingga diriku melakukan hal yang tak seharusnya.

"N—" Otot rahangku berkedut, mendesahkan namanya selagi melepaskan diri. Aku menariknya beranjak sebelum kuangkat tubuhnya, mendudukinya di atas konter wastafel. "Apa maksud semua ini?"

Dengan napas tersenggal, Nancy membasahi bibirnya yang sudah bahas. Tatapannya penuh arti di kala berbisik, "Sebagai permohonan maaf karena aku—"

Memandangnya sekaligus mendengar kerapuhannya seperti sekarang hanya menambah kesintinganku saja.

Kucondongkan tubuh, menyelanya dengan ciuman liar. Jemariku terbenam ke rambutnya sementara tubuhku semakin menempel ke tubuhnya. Mendesak dan serakah. Kejantananku berdenyut-denyut ketika dia melakukan yang sama. Tangannya menyugar rambutku, mencengkramnya dengan kebutuhan.

Lalu kusingkap gaunnya sampai paha sembari mengerang cukup keras di dalam mulutnya. Oh, Tuhan. Bisa kurasakan jemariku yang menemukan tepian stockingnya bahkan aku tahu garter renda seperti apa yang digunakannya.

William Hilton - Hot Player [Complete]Where stories live. Discover now