T w e n t y F i v e

27.4K 2.2K 470
                                    

Setiap kali membuka mata di pagi hari, otakku memutarkan sebuah pertanyaan yang pernah diajukannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setiap kali membuka mata di pagi hari, otakku memutarkan sebuah pertanyaan yang pernah diajukannya.

"Apa ini cukup nyata bagimu?"

Menatap cahaya matahari dari jendela, aku mencoba keras meyakinkan diri sendiri bahwa semua ini memang sedang berlangsung.

Bagaimana udara yang semerbak, memadukan aromanya dengan aroma gairah yang menyenangkan dalam penciumanku. Bagaimana otot kekarnya membelitku, menguarkan aura panas yang menggoda seluruh hormon kewanitaanku.

Didekapnya dari belakang, aku terbangun dalam keadaan terbakar sepenuhnya. Kesekian kalinya meleleh karena diperangkap sesosok pria. Rasanya aku tertawan, tersesat dalam pesonanya yang memabukkan.

Ini tidak nyata. Tidak mungkin nyata..

Sungguh aku bukan wanita polos yang tidak pernah berpelukan dalam satu ranjang dengan seorang pria. Tapi membuang waktu menikmati pelukan seseorang dalam suatu pagi di hari kerja bukan hal yang bisa kulakukan karena kehidupanku penuh aturan dan tuntutan.

Tak peduli seberapa besar perasaanku pada Max dulu, tuntutan tetap menjadi prioritas.

Kali ini berbeda. Sekalipun berambisi untuk menunjukkan kemampuanku sebagai pemimpin proyek Pahrump pada petinggi perusahaan Maxwell, aku sangat mudah mengabaikannya.

Hanya karena seorang William Hilton.

Aku perlu menahan napas di kala sebelah tangannya bergerak ke lekukan tubuhku yang telanjang, lalu berakhir di payudaraku. Memberikan belaian lembut yang memicu getaran demi getaran di sekujur tubuhku.

Sial. Kenapa kebiasaan merabanya selalu saja begitu memengaruhiku?

Tersenyum tipis, kupejamkan mata sembari bergerak gelisah. Menikmati sejenak sentuhannya sebelum beringsut untuk berbalik menghadapnya. Namun, ketika kembali membuka mata, mendadak tubuhku membeku sementara penglihatanku terpaku menatapnya.

William—dia terlihat lebih tampan saat tertidur.

Garis wajahnya yang tajam, melembut. Rambut keemasannya makin berantakan seperti sudah meniduri wanita habis-habisan, dan wanita itu tak lain adalah diriku. Perutku seakan terpilin, mengingat apa yang kami lakukan sepanjang malam.

Juga—pada malam-malam lainnya.

Sial. Kenapa melakukan seks dengannya selalu begitu intens tak peduli berapa kali dilakukan?

Dengan jantung berdebaran, aku menelusuri tubuh telanjang William yang tertutup selimut bersama tubuh telanjangku. Mataku mengamati ototnya. Bahu lebar dan dada tegapnya. Pangkal pahaku berkedut menyadari tonjolan nadi di sepanjang lengannya yang masih memelukku.

Bahkan kulit kecoklatan sebab terpapar sinar matahari di kala dirinya berlari bertelanjang dada, telah menyerang sel syarafku.

William—dia benar-benar seksi. Lebih seksi berkali-kali lipat dari yang kuingat sehingga aku ingin menangis. Menjadi satu-satunya wanita yang melihat William sekarang memicu banyak hal dalam diriku.

William Hilton - Hot Player [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang