F o u r t y N i n e

9.9K 329 76
                                    

Suaranya berupa bisikan tajam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Suaranya berupa bisikan tajam. "Akan sampai kapan kau mengutuk kehidupanmu sendiri?"

Aku belum menatapnya saat menjawab, "Entahlah."

Hening lagi. Tak tahu berapa lama.

Sebelum akhirnya, Oliver Maxwell menjabarkan sesuatu. "Sejak awal, aku tidak ahli membangun komunikasi pada anak-anak lelakiku. Mattio dan Dante. Bahkan aku selalu canggung berkomunikasi dengan orang-orang. Aku lebih suka bertindak daripada berbicara. Itu kenapa aku sering menggertak para pria dalam kehidupan Nancy daripada berbicara dengan mereka. Dulu Max, kini kau. Aku bukan pria tua yang bisa datang padamu dengan cara normal, lalu mengajakmu berbicara."

Tersenyum miring, aku mengalihkan pandangan ke arah punggungnya sembari menjawab, "Aku mengerti. Menyiksaku, menculikku adalah caramu muberkomunikasi denganku."

"Dulu, aku lebih kejam daripada itu."

Kuanggukan kepala meski dirinya tak melihatku. "Itulah dirimu."

"Yang paling mengejutkan itu. Sejauh yang kuingat, sepanjang aku hidup, aku lebih banyak bicara denganmu daripada dengan orang-orang. Bahkan aku tak semulut besar seperti sekarang ketika berbicara bersama Mattio atau Dante. Kuakui, aku lebih banyak berbicara daripada bertindak apabila berurusan denganmu."

Kejujurnya membuatku tersentak kaget. "Benarkah?"

Oliver Maxwell mengangguk sekali. "Padahal kau bukan anak lelakiku."

"Apakah itu petunjuk bahwa kau mengharapkanku menikahi Nancy?" tanyaku geli, ingin menggodanya.

Kini Oliver Maxwell menggeleng. "Ini tak ada kaitannya dengan perasaanmu pada Nancy maupun sebaliknya."

"Lalu kenapa?"

"Karena aku bisa." Oliver Maxwell membalikkan tubuh.

Kami bersitatap di kala dirinya memberi rangkaian kata yang menyiratkan banyak makna. "Aku bisa melakukan ini padamu karena aku tidak bisa melakukannya pada kedua anak lelakiku. Kau ingin tahu kenapa? Karena mereka adalah anakku sementara kau bukan. Karena aibku akan selalu mengintai mereka sementara belum tentu aibku memengaruhimu."

Diberikannya pertanyaan-pertanyaan yang langsung menusuk telingaku. "Pernahkah kau memperkirakan bagaimana perasaan Mattio dan Dante saat kita berbicara panjang lebar? Pernahkah kau mengira di kehidupan Wilson Hilton terdapat posisi seseorang layaknya posisimu dalam kehidupanku?"

Setiap katanya bagai busur panah yang menghunjami dadaku. "Kau selalu mengutuk kehidupanmu sebagai anak lelaki Hilton karena kehilangan posisi tersebut, bukan? Karena di kala Wilson Hilton terpuruk, tersiksa, dan sengsara, bukan dirimu yang dia cari. Disadari atau tidak, kau pun melakukannya. Kau tak pernah mencarinya, tak sudi mendatanginyasaat membutuhkan seseorang."

Dalam ekspresi datar, tatapan tajam Oliver Maxwell memancarkan berbagai hal asing. "Setiap orang memerankan banyak posisi tak terduga. Terkadang harus menukar satu posisi baik ke posisi buruk, tak peduli kita mau atau tidak. Tapi itu tak terlalu penting selama kita menerima dan memerankan semua posisi dengan baik."

William Hilton - Hot Player [Complete]Where stories live. Discover now